Kolonel Inf. Yusep Sudrajat Dansektor 21 Citarum Harum, Dengan Operasi Teritorial dan Kerja Total, Sukses Edukasi Pengusaha Nakal Jadi Buat IPAL
(Oleh: Siti Sundari)
Citarum Harum Selayang Pandang
Citarum Harum, adalah program pemerintah untuk merevitalisasi dan merehabilitasi Sungai Citarum yang tercemar. Targetnya, 7 tahun berhasil, yaitu Sungai Citarum terbebas dari pencemaran! Tingginya tingkat pencemaran Citarum, target yang hanya 7 tahun, boleh dikata target bunuh diri. Itu adalah “mission impossible”, target atau misi yang tidak mungkin akan berhasil.
Sudah banyak anggaran dikeluarkan, sudah banyak program untuk menyembuhkan Citarum, tapi pencemaran kian menggila dan menjadi-jadi. Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap kelestarian lingkungan dan bebasnya pelaku industri membuang limbah cair ke DAS Citarum yang tak terusik, jangka 7 tahun program revitalisasi, adalah terlampau singkat dan diragukan keberhasilannya. Tak heran bila ada yang menyebutnya sebagai “mission impossible”.
Citarum Harum memang program prestisius dan ambisius pemerintah yang sudah hilang “kesabaran” melihat kondisi Citarum yang dari ke hari makin “sakit” dan merana karena dicemari. Kalkulasi biaya untuk menyembuhkan sungai terpanjang di Jawa Barat itu pastinya menyedot anggaran trilyunan rupiah. Namun sebagaimana yang diungkapkan Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan ke media di awal-awal program ini diluncurkan, biaya trilyunan itu bisa ditekan sedemikuan rupa dengan melibatkan tentara.
Melibatkan Tentara
Keterlibatan TNI dalam hal ini Kodam III Siliwangi, adalah dengan menerjunkan prajurit-prajuritnya dari berbagai satuan dan batalyon yang ditemptakan mulai dari hulu, tengah dan hilir Sungai Citarum. Penempatan para prajurit di hulu, tengah dan hilir sungai itu terbagi dalam 23 sektor. Setiap sektor dipimpin oleh Dansektor yang berpangkat kolonel. Para Dansektor ini bekerja dan harus mampu mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan di sektornya masing-masing. Ibarat strategi perang, itu berarti tiada sejengkal pun titik wilayah yang luput dari operasi teritorial.
Masalah yang dihadapi tiap sektor tentu berbeda-beda tergantung kondisi wilayahnya. Sektor 1 yang terletak di hulu sungai Citarum adalah terjadinya penggundulan hutan. Sementara di sektor lain, adalah masalah sampah, bangunan liar, pembuangan limbah cair industri, dsb.
Sesuai dengan PP atau Peraturan Presiden RI Nomor 15 tahun 2018 tentang Percepatan Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan DAS Citarum, para prajurit itu bekerja maraton untuk menjalankan “mission impossible” yang dibebankan di pundaknya. Bagi para prajurit Kodam III Siliwangi yang semboyannya “Esa Hilang Dua Terbilang” itu, tak ada kata yang tidak mungkin, semua bisa mungkin terjadi.
Namun di tengah keraguan banyak orang, M. Ronny Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, justru meyakini keterlibatan TNI dalam program Citarum Harum bukanlah “mission impossible” tapi akan membuahkan hasil nyata. Karena itu Pemkot Cimahi mendukung penuh tiap langkah TNI termasuk menyediakan lahan hutan kota 5 hektar sebagai posko sektor 21yang dikelola menjadi lahan persemaian dan pembibitan pohon-pohon.
Ketua Citarum Institut, Dr. Eki Baihaki yang juga doktor komunikasi Universitas Padjadjaran, mengenai program pemulihan Sungai Citarum sampai menyebutnya sebagai “jihad lingkungan” masyarakat Jawa Barat. Artinya betapa beratnya program Citarum Harum. Seluruh elemen masyarakat Jawa Barat harus berjihad dimana tentara berada di garda terdepan demi pulihnya sungai yang amat vital sejak zaman Kerajaan Tarumanegara itu.

Citarum dulu Dirindu, Citarum Sekarang Tersedu
Kondisi Sungai Citarum memang tidak seindah dulu. Sejak tahun 2007 dinobatkan sebagai salah satu sungai terkotor di dunia. Keadaannya demikian merana. Airnya tidak lagi jernih. Tak ada lagi pemandangan gadis-gadis desa yang melenggang dengan memakai kemben mandi di tepi sungai. Kalaupun ada itu keterpaksaan penduduk karena ketiadaan sumber air bersih. Tak ada juga anak-anak tertawa riang bermain sambil menangkap ikan di sungai. Banyak habitat tumbuhan dan jenis ikan yang hilang.
Penduduk desa pun tak bisa memanfaatkan air Citarum sebagai sumber penghidupan. Alih-alih bisa meminumnya, yang didapat malah sumur-sumur mereka tercemar. Bahkan banyak penduduk yang terserang gatal-gatal dan terkena penyakit kulit.
Sungai kebanggaan Jawa Barat yang panjangnya sekira 300 kilometer dan membentang di 10 wilayah Kabupaten dan 3 Kota itu, benar-benar pudar keelokannya. Airnya berbau busuk dan menghitam warnanya. Ratusan pabrik menumpahkan limbah cairnya ke DAS Citarum sehingga merusak ekosistem yang ada. Semburat cahaya mentari yang kilaunya indah menembus sampai dasar sungai, tak lagi bisa kita nikmati karena terhalang genangan sampah yang menutupi permukaannya.
Pepohonan hijau yang mengitarinya pun semakin langka. Penggundulan hutan terjadi terus menerus yang mengakibatkan kian meluasnya lahan kritis. Sebagai gantinya bangunan-bangunan liar dan kumuh tampak memadati bantaran sungai Citarum dan pinggirannya. Di anak-anak sungainya, cucu cicitnya sungai Citarum sampai parit-paritnya pun dikotori dan dicemari akibat ulah manusia. Termasuk limbah cair industri, limbah kotoran ternak dan limbah tinja manusia. Semuanya tumpah ke DAS Citarum yang sejak abad ke-5 sudah terkenal sampai ke negeri Cina.
Citarum kini bagaikan makhluk raksasa tapi lemah tak berdaya. Terpasung dalam belitan benang kusut masalah pencemaran. Dan itu berlangsung bertahun-tahun lamanya. Tapi bila habis kesabarannya, Citarum pun mengeluarkan angkara murkanya. Banjir bandang melanda. Meluluhlantakkan yang ada. Tak peduli siapa korbannya. Rakyat menderita. Pemerintah dan rakyat bermuram durja. Sudah berapa kali program dan proyek menangani Citarum namun tak berarti hasilnya.
Itulah gambaran umum permasalahan yang dihadapi masing-masing sektor. Tugas berat dan tidak mudah diemban para Dansektor bersama Satgasnya.
Namun keseriusan pemerintah kali ini dalam menangani Citarum, memang sudah tidak main-main lagi. Adalah langkah cerdas dan strategis dengan melibatkan tentara untuk suatu “mission impossible” memulihkan sungai dari sakitnya yang parah.

Sektor 21 dan Permasalahannya
Dari 23 sektor yang ada, salah satunya adalah Satgas sektor 21 yang dikomandani oleh Kolonel Inf. Yusep Sudrajat, yang wilayah kerjanya paling luas dan permasalahan yang dihadapi paling kompleks dibanding dengan sektor lainnya.
“Wilayah kerja kita bukan bicara 10 atau 15 km, tapi meliputi Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kota Cimahi. Di dalamnya terdapat 43 sungai dengan panjang 206.754 meter dan 320 industri. Itu belum termasuk anak sungai, cucu dan cicitnya sungai yang banyak membentang di wilayah kerja sektor 21,” ujar Yusep yang akrab dengan panggilan “Mang Yuyus” ini.
Dengan wilayah kerja seluas itu, hampir semua permasalahan Citarum bertumpuk di sektor 21. Mulai dari sampah di permukaan sungai, lahan kritis, limbah cair industri, bangunan liar di bantaran sungai, sedimentasi, limbah kotoran ternak sampai limbah tinja manusia. Beban Sungai Citarum memang sudah amat berat.
Dansektor 21 yang juga Paban Staf Ahli KASAD bidang Narkoba ini mengatakan, di wilayahnya genangan tumpukan sampah di permukaan sungai merupakan permasalahan yang krusial. Tiap harinya sekitar 10 -15 ton sampah dihasilkan tiap desa, bercampur dengan 21.9 ton limbah tinja manusia dan 350 ton limbah kotoran hewan ternak.
Sakitnya Citarum makin parah lagi dengan ulah pabrik-pabrik nakal yang membuang limbah cairnya ke sungai tanpa melalui proses IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Dari 320 industri, sebanyak 194 industri menghasilkan limbah cair tapi hanya 12 industri yang membangun IPAL.
Industri Nakal Dicor dan Dikontrol
Memang, sudah jadi rahasia umum betapa nakalnya industri-industri itu dalam membuang limbah cairnya. Dari patroli sungai yang dilakukan secara intens oleh Satgas sektor 21, terdapat 25 sungai yang dialiri limbah industri. Ada yang terang-terangan membuang langsung, ada yang sembunyi-sembunyi saat malam hari. Ada yang membuat lubang-lubang siluman agar tidak terdeteksi, dan berbagai modus akal-akalan lainnya. Tidak mau terkecoh dengan ulah pabrik yang nakal, patroli sungai pun terus menerus dilakukan. Sampai pertengahan Juli 2020, sudah tercatat 21.400 kali patroli sungai yang dialiri limbah industri. Jadi, jangan coba-coba pelaku industri untuk mengelabui satgas dalam membuang limbah cair tanpa prosedur menggunakan IPAL. Lubang-lubang siluman yang tersembunyi pun akan ketahuan dan terdeteksi.
Masalah limbah cair pabrik memang sering diprotes warga. Namun berapa kali warga sekitar pabrik protes, berapa kali aparat pemerintah dan rombongan legislator melakukan rapat kerja dan sidak, namun kenakalan pelaku industri itu masih saja berlangsung. Membuang limbah cair ke DAS Citarum! Dari pemantauan Bedanews di lapangan, tidak adanya tindakan tegas terhadap industri-industri yang membandel itu karena sudah beres dengan fulus yang mengalir ke aparat dan anggota legislator yang Kunker atau Raker. Tapi yang lebih santer adalah isu ada “orang kuat” dari kalangan militer atau pejabat tinggi yang jadi backing pabrik sehingga tak ada yang berani mengusik.
Namun siapa yang tidak mengenal Kolonel Infantri Yusep Sudrajat. Sejak Citarum Harum diluncurkan, namanya melambung sebagai sosok tentara paling disegani dan ditakuti pelaku-pelaku industri. Kehadirannya dalam menjalankan “mission impossible” dalam operasi merevitalisasi Citarum, merupakan sosok komandan atau pemimpin yang dielu-elukan atau ditunggu-tunggu masyarakat.
Sepak terjangnya yang mengecor lubang-lubang pembuangan limbah cair industri, banyak diapresiasi banyak pihak, baik oleh pemerintah daerah, masyarakat umum dan media. Dari data yang masuk sampai pertengahan Juli 2020, aksi Dansektor ini bersama tim Satgasnya, telah diberitakan sebanyak 204 kali oleh TVRI, 203 kali di Youtube dan 5.431 kali pemberitaan di berbagai media.

Sejarah Mencatat, Kolonel Yusep Sudrajat Mampu Perbaiki Citarum Dalam Waktu Singkat
Perwira kelahiran Bogor 57 tahun lalu dan ayah dari 3 orang anak itu, amat tegas dalam bertindak. Bekerja total namun terintegrasi, manunggal dengan rakyat, pertaruhkan segalanya demi rakyat, dalam operasi Citarum Harum.
Dalam melaksanakan tugasnya, sebagaimana halnya operasi teritorial, perwira yang pernah mendapat kenaikan pangkat luar biasa ini, membentuk 18 subsektor yang terdiri atas 150 orang dari unsur TNI dan 125 orang dari elemen masyarakat. Di bawah komandonya, mereka inilah yang menjadi ujung tombak Satgas sektor 21 dalam melakukan aksi, edukasi, investigasi, pengintaian dan mengawasi pabrik -pabrik yang memproduksi limbah cair dengan melakukan patroli sungai.
Hasilnya? Banyak orang dibuat terperangah. Dalam waktu singkat, baru sekira 2 tahun program Citarum Harum berjalan, satu demi satu permasalahan yang membelit Sungai Citarum berhasil diurai. Genangan sampah di permukaan sungai tak lagi kita saksikan. Tim Satgasnya telah berhasil mengangkat 104.961 ton sampah yang menggenangi permukaan sungai. Timnya pun telah mengangkat 90.671 m³ dari 4.762.722 m³ sedimentasi sungai melalui pengerukan.
Sementara itu sikap arogansi kalangan industri yang masih saja membandel dan nakal, jadi melunak setelah lubang-lubang pembuangan limbah cairnya dicor. Menurut data, sudah 79 industri yang pernah dicor oleh Satgas sektor 21. Membuang limbah cair tanpa melalui proses IPAL, dari 194 industri yang memproduksi limbah cair, hanya 12 industri yang mempunyai IPAL. Kini 173 industri sudah berkomitmen menggunakan IPAL. Masih tersisa 19 industri yang belum berkomitmen dan 17 masih dalam kondisi dicor. Suatu hasil yang amat signifikan.
Walhasil permukaan Sungai Citarum pun terbebas dari genangan sampah. Permukaan airnya sudah tampak bersih. Warnanya yang semula hitam dan berbau, juga sudah mulai menghilang. Kwalitas airnya dari tingkat cemar berat sekarang turun menjadi cemar ringan.
Sebagaimana keyakinan Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Cimahi, M. Ronny, yang sejak awal percaya akan kemampuan prajurit TNI yang bisa bekerja sesuai target, terbukti sudah.
“Peranan TNI pada proyek Citarum Harum harus diapresiasi. 2 tahun berjalan sudah menunjukkan hasil yang signifikan. Percepatannya luar biasa. Berkat tindakan tegas dibarengi edukasi, pengawasan yang ketat, air Citarum yang semula cemar berat kini menjadi cemar ringan. Berbeda dengan TNI, yang dilakukan Pemda sangat landai hasilnya. Untuk menurunkan kwalitas air dari cemar berat ke cemar ringan mungkin akan memakan waktu lama dan panjang”, jelas M. Ronny pada suatu kesempatan wawancara di Posko Satgas Citarum Harum Sektor 21.
Menurut Ronny, Pemkot Cimahi merasa terbantu dengan dilibatkannya TNI pada program Citarum Harum. Berkat tindakan tegas TNI yang menutup lubang-lubang pembuangan limbah cair dengan melakukan pengecoran, membuat industri yang tadinya masih membandel dan nakal, jadi berkomitmen untuk membuat dan menambah IPAL.
Kepemimpinan dan ketegasannya dalam memberi keputusan tak lepas dari pengalamannya sebagai prajurit yang sering diterjunkan dalam berbagai operasi militer, seperti Operasi Aceh (1990), Operasi Jamer (1998), Operasi Lihkam NAD (2000), dan Operasi Pamrahwan Maluku (2012).
Prestasinya tak hanya kenaikan pangkat luar biasa dari Letda ke Lettu (1990), juga berbagai tanda kehormatan pun sudah diterimanya, di antaranya adalah Satya Lencana Kesetiaan yang diterima tiap 8 tahun sekali, Satya Lencana Dharma Nusa, Satya Lencana VIII dharma Pala, Satya Lencana Dharma Bintala, dan BT KEP Nararya.
Masa-masa pendidikannya yang dari SD sampai perguruan tinggi dihabiskan di sekitar Bandung dan Cimahi, maka boleh dibilang penunjukkan alumni SMPN 7 Bandung tahun 1980 ini oleh Pangdam III Siliwangi sebagai Dansektor 21 adalah pas dan tepat. Penugasan di sektor 21 boleh dibilang kembalinya Sang putera daerah untuk menorehkan karya terbaiknya. Dan sekarang sudah terlihat nyata. Sejarah sudah mencatat kiprahnya, sebagai Dansektor 21 yang memberikan andil besar dalam mengembalikan Citarum kembali harum. Kalau sudah demikian, tanda “bintang” pun sudah pantas disandang di pundaknya.
Mengisahkan sosok perwira yang satu ini memang tiada kan habis-habis. “Mang Yuyus” panggilan bersahaja yang mencerminkan kedekatan dirinya yang mudah akrab dengan siapa pun. Jauh dari kesan yang berbau militer. Itulah kesan yang ditangkap oleh penulis. Penggambaran sosoknya mungkin bisa diapresiasi dari puisi di bawah ini.

Yusep Sudrajat dan Citarum Harum
(Karya : Siti Sundari)
Yang mengecor lubang-lubang siluman pembuangan limbah
Untuk mengembalikan Citarum kembali bersih dan indah
Selamatkan lingkungan dari pencemaran dan genangan sampah
Ekosistem yang dulu bermasalah dan buat resah yang dihawatirkan akan menjadi punah
Penindakan tegas oleh TNI pun dilakukan tanpa pilah-pilah
Siapa tidak mengenal sosok “Mang Yuyus” Dansektor 21 yang gagah
Ucapan dan tindakannya membuat pabrik-pabrik membandel melemah
Dari membuang limbah cair ke sungai Citarum tanpa merasa bersalah
Rakyat dibohongi dengan lubang-lubang siluman tempat dikeluarkan limbah saat aparat lengah
Alasan biaya mahal, tidak bisa membayar upah dan produksi jadi rendah
Jangan dikira itu bisa lepas dari jeratan hukum dan terbebas dari masalah
Apapun dan siapapun yang membangkang dan menghadang tiada gentar tetap melangkah
Terus berjuang tanpa lelah demi Citarum dan masa depan bangsa yang cerah

Bait-bait puisi itu sesuai namanya, “Yusep Sudrajat”. Huruf-huruf awal dari nama lengkapnya, mencerminkan sikap dan tindakanya yang taktis dan cepat. Itu menunjukkan tingginya insting tanggap darurat. Hasilnya pun melesat. Tatkala banyak orang atau pihak ragu dengan hasil yang didapat.
Bagaimana mungkin revitalisasi DAS Citarum bisa selesai dalam waktu singkat. Padahal pencemaran sudah di tingkat berat. Sedimentasi didalamnya dari hulu sampai hilir sampai sudah mengeras dan padat. Tetapi bila komitmen sudah demikian kuat, dipayung hukumi oleh pemerintah pusat, didukung oleh pemerintah setempat dan masyarakat, dari yang semula ragu hasilnya nyata bisa dilihat.
Begitulah sekelumit kisah tentang Kolonel infantri Yusep Sudrajat. Dansektor 21 Satgas Citarum Harum yang dikenal banyak orang gagasannya hebat. Punya komitmen kuat. Tekadnya, sebagaimana target, 7 tahun revitalisasi Sungai Citarum harus berhasil terlihat.
Bersama sektor-sektor lain dan pihak yang didalamnya terlibat, AKMIL Angkatan 88 ini dengan sosialisasi terpusat maupun door to door berhasil membuka mata rakyat. Revitalisasi DAS Citarum yang tercemar berat, permasalahannya benar -benar harus terangkat. Setiap permasalahan dikaji dengan cermat. Dicari solusinya dengan cepat. Karena Citarum bukan hanya tanggungjawab aparat, tapi seluruh lapisan masyarakat.
*****