Sedangkan sejarah sebagai ingatan kolektif (collective memory) menyangkut pengalaman masa lalu, hubungan antar manusia dan alam sekitarnya yang masyarakat ingat, tafsirkan dan berikan makna-makna. Dalam hal ingatan kolektif ini, semua orang dan lapisan masyarakat terlibat dalam sejarah, tidak hanya sejarawan. Aktivis juga terlibat dalam ingatan kolektif bangsa, bahkan mungkin sangat terlibat karena mereka berada di garis depan dalam memperjuangkan hak-hak Masyarakat. Contoh ingatan kolektif adalah ingatan masyarakat tentang apa yang terjadi dalam peristiwa 1998, ingatan tentang peristiwa Covid-19, dan sebagainya.
Ingatan dan kejadian yang dialami secara kolektif ini, termasuk trauma-trauma didalamnya kemudian menjadi sumber pembelajaran dan inspirasi untuk pijakan menuju masa depan. Oleh karenanya, sejarah sebenarnya tidak berjarak dengan kita. Tetapi kita, utamanya sebagai warga Indonesia, tidak terbiasa atau tidak dibiasakan dekat dengan sejarah, sehingga sejarah sepertinya adalah “sesuatu diluar sana”, dan “dikerjakan oleh orang-orang tertentu saja”, tidak dirasakan sebagai bagian dari perjalanan hidup pribadi ataupun bangsanya. Akibatnya, sejarah bangsa menjadi topik yang asing atau (sengaja) diasingkan.