Bandung, BEDAnews.com – Jawa Barat saat ini tengah memasuki musim ancaman terbesar bencana alam, yakni bencana yang diakibatkan oleh hydro meteorolgy, bencana yang diakibatkan oleh cuaca.
Demikian disampaikan kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Barat. Dr. Ir. Supriyatno, MM., sebagai nara sumber pada acara Jabar Punya Informasi (Japri) yang berlangsung di Loby Lokantara Gedung Sate, Bandung Selasa (19/11/2019).
Dikatakannya. Perlu diketahui bahwa Jawa Barat ini ancaman terbesar adalah bencana hydro meteorologi, hydro adalah air meteor adalah cuaca termasuk kedalamnya adalah angin kencang.
Saat ini jabar ada pada masa transisi atau pancaroba, masyarakat harus waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, selama musim pancaroba, potensi terjadinya terjangan angin puting beliung maupun angin kencang bisa kerap terjadi.
Baik itu di dataran rendah maupun tinggi, semua berpotensi terjadi bencana angin puting beliung, untuk itu masyarakat harus waspada, karena pada akhir bulan November ini sudah masuk masa transisi.
“Perlu diketahui bahwa sampai akhir bulan Oktober ini telah terjadi 1.486 kejadian. terbanyak berupa angin kencang atau puting beliung, pergerakan tanah/ longsor dan banjir. Sisanya gempa bumi, kebakaran hutan dan lahan serta kebakaran rumah.”ujarnya
Disebutkannya juga, di Jabar terdapat sekitar 3.000 titik atau lokasi rawan pergerakan tanah yang tersebar di 27 kabupaten/ kota. Dua pertiga wilayah Jawa Barat, rawan pergerakan tanah terutama di Jabar selatan dan Jabar tengah. Sedangkan daerah rawan banjir berada di wilayah Bandung selatan yaitu Baleendah dan sekitarnya.
Untuk
mengantisipasi bencana alam tersebut, lanjut Supriyatno pihaknya
menyiagakan alat berat termasuk mobil dapur, mobil toilet dan alat vertical
rescue.
“Dari sisi alat, logistik dan SDM sudah disiapkan, kami piket 24 jam. Kami juga berkoordinasi dengan kabupaten/ kota se Jawa Barat, TNI, POLRI, Basarnas dan relawan,” ujarnya.
Untuk logistik penanggulangan bencana, tahun 2019 ini BPBD Jawa Barat mendapat alokasi dana APBD Rp1,2 miliar, sedangkan bantuan dari APBN melalui BNPB Rp4,9 miliar.
Kepala Seksi Logistik BPBD Jawa Barat Usep Supdana menerangkan, BPBD Jawa Barat mengelola dua sumber logistik yaitu dari APBD dan APBN.
“Logistik dialokasikan ke kabupaten/ kota, agar ketika terjadi bencana, daerah sudah siap sedangkan kami BPBD Jabar hanya tinggal melengkapi kebutuhan dasar atau memenuhi bila terjadi kekurangan,” terangnya.
Sementara itu staff Data dan Informasi BMKG klas I Bandung Yan Firdaus Permadhi menerangkan, pada dasarnya November ini Jawa Barat sudah mulai memasuki musim hujan namun belum merata.
Musim hujan dimulai dari selatan Jabar perlahan-lahan bergerak ke utara. Jadi sebelah utara Jabar akan memasuki musim hujan paling terahir dibandingkan wilayah selatan Jabar. Sedangkan Bandung sendiri, hujan turun masih bersifat sporadis. @hermanto