Sehingga perubahan peta budaya politik (ekonomi dan hukum) yang populisme semu ini agar serius tidak melulu pragmatisme, bangsa ini harus segera mengantisipasi keterpurukan sebelum bertambah terperosok ke cekungan terdalam (ke titik nadir).
Karena sesuai hukum ketatanegaraan, andai presiden Prabowo berhalangan oleh sebab kondisi tertentu (“force mejeur”) maka mutatis mutandis opsi tunggal, Gibran yang jatidirinya memiliki tanda-tanda tidak patut dan tidak proporsional sesuai adab budaya bangsa ini menjadi seorang presiden.
Parameter analoginya terhadap figur Gibran yang tidak patut menjadi presiden, tentunya tidak terlepas dari sejarah politik adanya faktor KKN saat Gibran menuju pilpres 2024, dan perilakunya terkait akun Fufu Fafa yang jorok tak beradab (amoral) bahkan secara psikologis mendekati abnormal.