Oleh: Agusto Sulistio (Pegiat Sosmed, Mantan Kepala Aksi & Advokasi PIJAR era tahun 90an)
JAKARTA || Bedanews.com – Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendekati akhir masa jabatannya dengan langkah-langkah politik strategis yang memperlihatkan keterlibatannya hingga detik terakhir. Berbeda dengan para pendahulunya yang cenderung pasif dan menyerahkan transisi sepenuhnya kepada presiden terpilih, Jokowi masih memainkan peran aktif, termasuk dalam perombakan kabinet dan pemberhentian pejabat tinggi. Langkah ini tidak hanya menunjukkan intensitas kepemimpinannya, tetapi juga memunculkan pertanyaan tentang moral dan etika politik dalam masa transisi kekuasaan.
Di negara-negara besar seperti Amerika Serikat, tradisi politik mengutamakan transisi yang mulus dengan sedikit campur tangan dari presiden yang akan lengser. Misalnya, Presiden George W. Bush pada 2008, setelah Barack Obama memenangkan pemilu, menghindari pengambilan kebijakan besar dan menghentikan langkah-langkah yang dapat mempengaruhi pemerintahan baru. Bahkan saat krisis ekonomi global terjadi, Bush lebih memilih berkoordinasi dengan Obama untuk memastikan kebijakan transisi ekonomi tetap sejalan dengan arah pemerintahan berikutnya.












