Dalam sistem demokrasi kapitalis, posisi wanita dan laki-laki dalam politik kini telah dianggap setara. Akan tetapi hal ini menimbulkan pertanyaan besar, apakah kepemimpinan wanita ini memberikan dampak pada kesejahteraan rakyat terlebih lagi pencalonan diri dalam sistem ini berbiaya mahal. Sudah menjadi rahasia umum siapa pun yang mengikuti pemilihan harus mengeluarkan dana besar, tidak jarang mereka harus menerima sumbangan dari sponsor untuk dana kampanye. Akhirnya, setelah terpilih mereka dituntut untuk mengembalikan dana atau melayani kepentingan sponsor.
Kepemimpinan wanita dalam politik pemerintahan sedikit banyak akan menyita waktu. Tuntutan tugas mengharuskan wanita berinteraksi dengan seluruh lapisan masyarakat dengan rela mengorbankan keluarga di rumah. Hal ini tentu akan berakibat terlalaikannya tugas utama sebagai pengatur urusan rumah tangga.