Bandung, Bedanews.com
“Wawancara Eksklusif dengan: Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM. Guru besar Manajemen Pendidikan UIN Bandung. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung dan Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan Kabupaten Ciamis.”
Pengukuhan serentak 20 Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung (23 April 2025) menandai tonggak penting dalam sejarah pendidikan tinggi Islam di Indonesia. Acara yang mengusung tema “Membumikan Kepakaran, Menguatkan Kebermanfaatan, Mengunggulkan Kontribusi Nyata bagi Peradaban” ini bukan hanya seremoni, tapi sebuah pernyataan komitmen terhadap masa depan bangsa. Secara teoritis, tema ini mengakar pada prinsip transformative education, yang menekankan pentingnya peran ilmu dalam menciptakan perubahan sosial dan spiritual yang konstruktif. Namun, realita menunjukkan adanya GAP antara akumulasi akademik dan kebermanfaatan nyata di masyarakat. Karena itu, pengukuhan ini harus dibaca sebagai momentum pergeseran dari pencapaian individual ke kontribusi kolektif dalam menjawab tantangan zaman.
Tulisan ini penting sebagai refleksi dan inspirasi, agar kiprah guru besar tidak hanya berhenti pada gelar, tetapi menjadi poros perubahan melalui pendidikan yang menyentuh hati (Kurikulum Cinta), lingkungan (Ekoteologi), dan akal (Era 5.0). Berikut ini adalah elaborasi lengkap materi untuk menjawab pertanyaan rekan media terkait pengukuhan 20 Guru Besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dalam konteks membangun peradaban bangsa dan menyongsong Indonesia Emas 2045, yang terintegrasi dengan pembelajaran Era 5.0, Kurikulum Merdeka, Kurikulum Cinta, dan Eko-teologi:
Pertama: Esensi dan Nilai Edukasi dari Pengukuhan 20 Guru Besar untuk Indonesia Emas 2045;
Pengukuhan ini adalah simbol keberhasilan institusi dalam mencetak pemikir unggul yang mampu memformulasikan solusi berbasis keilmuan. Nilai edukasinya meliputi: 1) Inspirasi Akademik: Mendorong mahasiswa dan dosen untuk mengejar keilmuan hingga puncaknya; 2) Transformasi Sosial: Setiap Guru Besar memiliki tanggung jawab etis untuk mengaplikasikan keilmuannya guna menyelesaikan masalah bangsa; 3) Integrasi Nilai Islam dan Sains: Menjadi contoh nyata moderasi beragama yang ilmiah dan kontekstual, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045 yang adil dan beradab.
Kedua: Peran Guru Besar dalam Membangun Peradaban Bangsa;
Sebagai insan akademik, seorang Guru Besar adalah catalyst perubahan dengan peran strategis berikut: 1) Penghasil Gagasan Besar: Menjadi pusat keilmuan dan pemikiran kritis; 2) Pendorong Kolaborasi Multidisiplin: Menjembatani ilmu agama, sains, dan teknologi; 3) Pelopor Etika Intelektual: Menjadi teladan dalam integritas, keberanian ilmiah, dan tanggung jawab sosial.
Ketiga: Harapan atas Pengukuhan 20 Guru Besar bagi Kemajuan UIN Bandung sebagai Rahmatan lil ‘Alamin;
Pengukuhan ini diharapkan memperkuat posisi UIN Bandung sebagai: 1) Universitas Inklusif-Transformatif: Menjadi rumah pengetahuan yang terbuka untuk semua, lintas budaya dan disiplin; 2) Pusat Keilmuan Strategis Global: Menghasilkan riset dan solusi yang tidak hanya lokal, tapi mendunia; 5) Penggerak Kurikulum Cinta dan Ekoteologi: Menanamkan nilai kasih sayang kepada Tuhan, manusia, dan lingkungan dalam kurikulum berbasis empati dan tanggung jawab ekologis.
Keempat: Eksistensi dan Kontribusi Guru Besar di Era 5.0;
Era Society 5.0 mengedepankan keseimbangan antara teknologi dan kemanusiaan. Guru Besar dalam era ini harus: 1) Menguasai Teknologi, Mengedepankan Hati: Mengintegrasikan AI, big data, dan transformasi digital dalam pengajaran dan riset tanpa kehilangan sisi kemanusiaan; 2) Membangun Literasi Kritis dan Spiritualitas Digital: Mengajarkan kecerdasan etis di tengah derasnya arus informasi; 3) Mendorong Kurikulum Adaptif: Menyelaraskan Kurikulum Merdeka dengan kebutuhan zaman tanpa meninggalkan akar nilai spiritual dan budaya lokal.
Pengukuhan 20 Guru Besar UIN Bandung bukan hanya peristiwa simbolik, melainkan fondasi aktual menuju Indonesia Emas 2045. Mereka adalah ujung tombak reformasi pendidikan, pelopor kurikulum cinta, dan pemimpin pemikiran spiritual-ekologis. Rekomendasi: 1) Bagi Guru dan Dosen: Terapkan prinsip Kurikulum Cinta dan Ekoteologi dalam proses belajar mengajar; 2) Bagi Pemangku Kebijakan: Dukung kebijakan percepatan guru besar dan investasi riset transformatif; 3) Bagi Masyarakat Akademik: Jadikan gelar bukan tujuan akhir, tapi awal dari kontribusi sosial nyata; 3) Dengan sinergi ini, peradaban Indonesia tidak hanya tumbuh, tetapi juga tumbuh dengan cinta, ilmu, dan tanggung jawab ekologis.
Teaser: Pengukuhan 20 Guru Besar UIN Bandung adalah lompatan strategis menuju kontribusi akademik nyata dalam membangun peradaban bangsa menyongsong Indonesia Emas 2045.***