Ketaatan Nabi Ibrahim dan kesabaran Nabi Ismail menunjukkan warisan spiritual yang luar biasa, yang diwariskan lintas generasi umat Islam. Selain itu, pelaksanaan ibadah haji yang dimulai sejak masa Nabi Ibrahim dan kemudian disempurnakan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai rukun Islam kelima, menjadi penguat kesinambungan sejarah tauhid yang universal. Rasulullah SAW bersabda: “Ambillah dariku manasik haji kalian.” (HR. Muslim)
Dari sisi sejarah, Dzulhijjah memperlihatkan kesinambungan ajaran tauhid dan tradisi spiritual lintas zaman, yang mengakar dalam jiwa dan peradaban umat Islam hingga kini.
Kedua: Nilai Teologis Apa yang Bisa Kita Ambil dari Bulan Dzulhijjah?, Secara teologis, bulan Dzulhijjah mengajarkan nilai-nilai agung dalam hubungan antara hamba dan Tuhannya. Ketaatan total Nabi Ibrahim AS kepada perintah Allah meskipun berat, menunjukkan standar tertinggi dalam keimanan. Hal serupa juga tercermin dalam ibadah haji, di mana jutaan muslim dengan penuh kesadaran meninggalkan kenyamanan duniawi demi mendekat kepada Allah. Sebagaimana ditegaskan dalam QS. Al-Hajj ayat 34: “Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah atas rezeki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak…”