“Saya bersama tim terjun ke lapangan, mendatangi gardu-gardu listrik untuk menambah peralatan listrik tambahan di sistem kelistrikan. Beberapa kali juga harus menembus hutan dan turun ke sawah. Cuaca memang membuat pengerjaan sangat menguras energi. Matahari di Labuan bajo sangat terik, suhunya menjadi lebih panas dibandingkan Bali. Dari panas tiba-tiba hujan deras dengan angin kencang,” ucap Sapta, Minggu (14/05).
Cuaca ekstrem tersebut bahkan sempat membuatnya jatuh sakit terkena demam dan flu. Namun, dengan waktu persiapan yang lebih singkat dibandingkan persiapan KTT G20 dirinya tetap bekerja demi menyelesaikan command center untuk pengaturan listrik KTT ASEAN.
“Biasanya untuk membangun command center ini butuh waktu 1 bulan, namun di KTT ASEAN ini kami kebut hanya menjadi 9 hari. Ini bisa cepat juga karena kita sudah punya pengalaman di KTT G20,” kata Sapta yang merupakan Asisten Manajer Fasilitas Operasi PLN Unit Pelaksana Pengatur Distribusi Bali.