Bandung, Bedanews.com
Guru Besar UIN SGD Bandung,Prof.Dr.Ahmad Rusdiana,MM,menyampaikan Lima pesan penting sebagai modal bagi para calon persiden pada pemilu 2024. Pesan itu, disampaikan terkait betapa urgen dan stratregisnya posisi seorang pemimpin.
Menurut Rusdiana, Untuk menjadi pemimpin, seseorang haruslah memiliki bekal yang cukup. Bekal itu berupa kekuatan yang akan digunakan untuk menggerakkan semua orang yang dipimpin. Kekuatan itu merupakan buah pikiran atau ide, pendapat, wawasan, kemampuan melihat masa depan untuk menentukan arah kemana negara/lembaga yang dipimpinnya akan dikembangkan, potensi yang ada, cara-cara yang akan ditempuh untuk memajukan lembaga yang dipimpin, bahkan bagaimana mengatasi rintangan yang mungkin timbul dalam berbagai bentuknya.
“Pemimpin yang tidak memiliki kelebihan, maka lembaga yang dipimpinnya tetap berjalan, tetapi tidak memiliki jiwa atau ruh. Institusi itu hanya sebatas menjalankan kegiatan formal saja. Suasananya akan menjadi kaku, penuh seremonial, simbol-simbol, dan tidak menghasilkan apa-apa. Bayangkan saja, raga tanpa jiwa atau ruh, maka hanya bergerak manakala digerakkan dan tidak lama akan mati.” tegas Rusdiana dalam siaran persnya, kepada bedanews.com, Jumat, 31/08/2023.
Ia menyampaikan dua hadist yang berkaitan dengan pemimpin
Sabda Rosululloh SAW, “Ada tujuh orang yang akan dinaungi oleh naungan-Nya pada Hari ketika tiada naungan kecuali Naungan-Nya; salah satu diantaranya adalah pemimpin yang adil.”
Ibnu Umar pernah menyatakan, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, ‘Kalian semua adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.’” (Riwayat Bukhari & Muslim).
Menurtut Rusdiana, Riwayat ini menegaskan bahwa kepemimpinan memiliki tanggung jawab yang berat. Tidak hanya kepada sesama orang yang dipimpinnya, melainkan juga kepada Allah Yang Mahakuasa. Begitu besar pahala jika mampu menjadi seorang pemimpin yang adil dan diridhai Allah. Hanya saja, dalam praktiknya, tidak semua orang mampu menjalankan peran kepemimpinan dengan baik.
Inilah 5 sikap yang harus ditanamkan dalam diri seorang pemimpin
Pertama; Ikhlas, menjalankan amanah kepemimpinan dan semata mengharap keridhaan Allah swt. Perhatikan petikan Al-Qur’an berikut,
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan?” (QS. An-Nisa [4]:125).
Kedua;Sabar, Kesabaran terdiri dari pengetahuan, keadaan, dan amal. Pengetahuan seperti pohon, keadaan seperti ranting-ranting dan amal seperti buah. Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa maslahat keagamaan terdapat dalam kesabaran, sehingga dalam diri manusia harus timbul dorongan untuk melakukan kesabaran. Firman-Nya sebagai berikut :
Artinya: “Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar, dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS As-Sajadah [32]: 24).
Ketiga; Istikamah, berkaitan dengan segala perkataan, perbuatan, keadaan, dan juga niat. Umar bin Khaththab pernah berkata, “Istikamah artinya engkau teguh hati pada semua perintah dan larangan serta tidak menyimpang seperti jalannya rubah.” Sementara, Utsman bin Affan berkata, “Istikamah artinya amal yang ikhlas karena Allah.”
Keempat, ikhtiar yang maksimal. Berusaha sekuat tenaga dalam memberikan pelayanan dan pengabdian terbaik dengan cara-cara yang diridhai Allah swt. Yakinilah, bahwa sekecil apa pun ikhtiar kita, jika dimaksudkan untuk kemaslahatan, Allah akan hadirkan pertolongan-Nya, bahkan dengan cara yang mungkin tidak pernah kita sangka.
Surah An-Najm ayat 39-42 membahas tentang usaha dan ikhtiar manusia. Seseorang akan mendapatkan pahala sesuai dengan usaha dan kesanggupannya. Selanjutnya, amal perbuatan itu akan dipampangkan di padang mahsyar sebagai proses pengadilan Allah SWT atas segala perbuatan mereka di dunia.
Surat An-Najm Ayat 39-42 Artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,” (QS. An-Najm [53]: 39).
Artinya: “Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihatkan [kepadanya],” (QS. An-Najm [53]: 40). Artinya: “Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna,” (QS. An-Najm [53]: 41).Artinya: “Dan bahwasanya kepada Tuhanmulah kesudahan [segala sesuatu],” (QS. An-Najm [53]: 42).
Ikhtiar merupakan aspek penting dalam kehidupan seorang muslim. Kendati seseorang berdoa dengan sungguh-sungguh, namun tak diikuti dengan usaha, harapannya itu hanyalah angan-angan dan nyaris tak akan tercapai. Hal itu dikuatkan dengan firman Allah SWT dalam surah Ar-Ra’d ayat 11: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri,” (QS Ar-Ra’d [13]: 11).
Kelima;Tawakal secara total, Bertawakal kepada Allah swt. adalah cara terbaik menghadirkan ketenangan dan kasih sayang-Nya. Tawakal menjadi salah satu penilaian tingkat keimanan seorang muslim. Tak bisa dipungkiri di berbagai situasi, bertawakal mungkin menjadi hal yang terasa berat dilakukan. Tawakal harus datang dari dalam hati. Tawakal tidak hanya keluar dari ucapan atau lisan. Allah berfirman sebagai berikut :
Artinya: “Kemudian, apabila kamu telah membulatkan tekad maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya.” (QS Ali Imran: 159).*** Brajamusti