Oleh : A.Rusdiana
(Guru Besar Manajemen Pendidikan)
“Guru yang tidak mengenal metode mengajar jangan bisa melaksanakan proses belajar-mengajar sebaik-baiknya” (Cece Wijaya).
Strategi dan metode pembelajaran banyak yang dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Metode pembelajaran tersebut dipilih dan disesuaikan dengan materi pelajaran yang akan disampaikan, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Metode pembelajaran yang dipakai dalam kegiatan belajar-mengajar haruslah metode pembelajaran yang dapat membangkitkan minat belajar siswa, sehingga materi pelajaran yang disampaikan dapat dengan mudah dipahami. Metode pembelajaran tutor sebaya ( peer teaching ) adalah suatu strategi pembelajaran yang kooperatif dimana rasa saling menghargai dan mengerti dibina di antara peserta didik yang bekerja bersama. Tutor sebaya ( peer teaching) ini memudahkan siswa untuk belajar, berpartisipasi secara aktif, dan dapat memecahkan rancangan secara sistematik dan sistemik, dan digunakan pada saat pengajaran berlangsung. (Nisa Febianti, 2014). Begitu pentingnya Metode pembelajaran tutor sebaya ( peer teaching ), Sampai-sampai Cece Wijaya dalam Rusyan (1993): mengklaim “Guru yang tidak mengenal metode mengajar jangan harap bisa melaksanakan proses belajar-mengajar sebaik-baiknya”. itu menjadi tanpa ran dan tantangan bagi guru. Pertanyaan bagaimana stregi bisa dilakukan oleh Guru agar metode pembelajaran tutor sebaya mencapai tingkat keberhasilan yang diharapkan:
Pertama: Memilih tutor sebaya. Dikarenakan tutor sebaya adalah siswa yang sebaya yang ditunjuk atau ditugaskan membantu temannya yang mengalami kesulitan belajar, karena hubungan antara guru dan siswa. Jadi metode tutor sebaya adalah seorang siswa dikelas yang memiliki kemampuan diatas rata-rata anggotanya yang memiliki tugas untuk membantu kesulitan anggota dalam memahami materi yang diajar. Ada beberapa kriteria seorang tutor sebaya yang disarankan oleh Zahral dalam Rindi Agustia Ningsih (2015), diantaranya:
- Siswa yang menjadi tutor harus memiliki nilai diatas KKM. Dalam penelitian dalam Rindi Agustia Ningsih (2015), seorang tutor ditunjuk berdasarkan hasil ulangan harian dengan nilai diatas KKM.
- Siswa yang menjadi tutor harus lebih pintar dari siswa yang lain.
- Siswa yang menjadi tutor disukai atau tidak dibenci siswa yang lainnya.
- Siswa yang menjadi tutor bersifat dan berikap demokrasi.
- Siswa yang menjadi tutor harus pandai bicara dan dapat memahami siswa lainnya.Kedua: Tugas Guru melatih tutor sebaya , Dossuwanda (Nisa Febianti, 2014) menyarankan melalui 4 kegiatan:
- Memperkenalkan buku yang menarik minat baca;
- Menunda koreksi kesalahan dengan memberi kesempatan peserta didik selesai mencoba mengoreksinya sendiri;
- Mendiskusikan materi bacaan setelah dibaca; dan
- Mengecek kinerjanya sendiri sebagai guru, dan kemajuan teman sebaya dengan melengkapi kartu laporan melalui ceklis.
Ketiga: langkah-langkah metode pembelajaran tutor sebaya ( peer teaching ), Syaiful Bahri Djamarah (2010), menyarankan langkah-langkah metode pembelajaran tutor sebaya ( peer teaching ) adalah sebagai berikut:
- Bagikan secarik kertas/kartu indeks kepada seluruh anak didik. Mintalah mereka untuk menuliskan satu pertanyaan tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari di kelas (misalnya tugas membaca) atau sebuah topik khusus yang akan didiskusikan di dalam kelas.
- Kumpulkan kertas, kertas acak tersebut kemudian bagikan kepada setiap anak didik. Pastikan, tidak ada anak didik yang menerima soal yang ditulis sendiri.
- Minta mereka untuk membaca dalam hati pertanyaan dalam makalah tersebut, kemudian memikirkan jawabannya.
- Mintalah anak didik secara sukarela untuk membacakan pertanyaan tersebut dan jawabannya.
- Setelah jawaban diberikan, mintalah anak didik lainnya untuk menambahkan.
- Lanjutkan dengan sukarelawan selanjutnya.
Ada sejumlah catatan yang perlu diperhatiakan:(1) Kumpulkan kertas tersebut. Siapkan panulis yang akan menjawab pertanyaan tersebut. Bacakan setiap kertas dan diskusikan. Gantilah panelis secara bergantian. (2) Mintalah anak didik untuk menuliskan dalam kertas pendapat tersebut dan hasil pengamatan mereka tentang materi pelajaran yang diberikan. (3) Kita bisa saling berbagi pengetahuan. Itulah guru sesungguhnya. (Baca Juga: langkah-langkah yang dikonsepsikan Hisyam Zaini dalam Amin Suyitno, 2004). dalam https://tresnabhakti.org/webprofil/2023/07/13/pembekalan-materi-xii-mentode-peer-teaching-untuk-apa?.
Keempatnya kuncian ; Tidak heran sebuah model/metode, disamping adanya manfaat, tidak luput juga Guru akan memukan kesulitan dan hambatan dalam melaksanakan pekerjaan bimbingan belajar ini, dikarenakan karena:
- Siswa yang dibantu sering belajar kurang serius, karena hanya berhadapan dengan kawannya, sehingga hasilnya kurang memuaskan.
- Ada beberapa anak yang menjadi malu bertanya, karena takut rahasianya diketahui kawannya.
- Pada kelas-kelas tertentu pekerjaan tutoring ini sukar dilaksanakan, karena perbedaan jenis kelamin antara tutor dengan siswa yang diberi program perbaikan.
- Bagi guru sukar untuk menemukan seorang tutor yang tetap bagi seorang atau beberapa orang siswa yang harus dibimbing.
- Tidak semua siswa yang pandai atau cepat waktu belajaranya dapat mengerjakannya kembali kepada kawan-kawannya.
- Tutor sebaya terkadang-terkadang terlalu bangga dengan tugas yang diberikan oleh gurunya, sehingga ia meremehkan temannya.
- Tutor sebaya tidaklah sama dengan guru dalam menjelaskan materi yang diajarakan, sehingga ada kalanya siswa sulit menerimanya.
- Kemampuan tutor sebaya terbatas sehingga agak sulit dalam mengambangkan materi yang diajarkan;
Terlepas dari adanya kesulitan/hambatan serta kelemahan dari metode tutor sebaya ini, yang jelas bahwa dengan metode ini: (1) Siswa termotivasi untuk menjadi tutor sebaya. (2) dapat mempermudah guru, karena dibantu oleh siswa yang memiliki kemampuan. (3) siswa dapat berlatih layaknya seorang guru. (4) siswa tidak segan untuk bertanya bila ada yang tidak tahu, karena dibimbing oleh temannya sendiri, dan (5) proses pembelajaran lebih akrab, karena dilakukan oleh siswa itu sendiri. Semoga dengan selesainya kedgiatan peer teaching ini, dapat mengantarkan “G uru Agama professional yang menguasai materi ajar perspektif Agama dan berkepribadian keagamaan Indonesia , menginspirasi danmenjadi teladan, memiliki penampilan menarik, berwibawa, tegas, ikhlas, dan disiplin yang mendidik, membelajarkan, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan menilai peserta didik sesuai dengan tuntutan perkembangan teknologi informasi dan mampu komunikasi terkini dan masa depan” segera menjadi kenyataan.
Wallahu A’lam Bishowab