“Niat dulu yang penting karena hidup itu pilihan. Belum tentu semua mau jadi pengusaha, jadi balik lagi ke diri sendiri. Pengusaha tidak diciptakan tapi dilahirkan, jadi minimal punya ‘passion’ dulu,” jelasnya.
Yana kemudian sedikit berbagi pengalamannya ketika pertama kali merintis usaha pada saat di penghujung Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal itu tidak terlepas dari keinginannya untuk melanjutkan kuliah namun terbentur persoalan biaya. Sehingga ia harus mencari uang sendiri.
Kunci utamanya, ujar Yana, tekad yang gigih untuk berjuang menghadapi segala hambatan. Sehingga tujuan menjadi seorang pengusaha bisa tercapai dengan segala proses. Itu yang membuat jiwa entrepreneur semakin matang.
”Gagal itu kesuksesan yang tertunda. Jadi kita punya fighting spirit untuk mencoba lagi. Untuk orang berani berusaha saja, saya pikir sudah punya keberanian untuk mengambil risiko. Karena jadi pengusaha tidak serta merta sukses,” bebernya.