Bandung, BEDAnews,-
Narasi dalam politik identitas yang muncul sebelum dan setelah Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 menguak potensi keretakan sosial di masyarakat yang berbahaya jika terus digaungkan.
Pilpres 2019 dinilai telah mengantarkan bangsa Indonesia yang multikultur ke dalam sekat-sekat akibat perbedaan pilihan.
"Kini proses Kontestasi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 yang panjang dan melelahkan telah usai. Sudah saatnya seluruh bangsa Indonesia kembali menjalin tali persatuan dan kesatuan di dalam wadah kebhinekaan," kata Dewan Pengarah Rumah Kerja (Rumker) Relawan Jokowi-Ma’ruf Jawa Barat, Ipong Witono usai Dialog dan Refleksi Budaya Menjalin Keindonesiaan Kita dengan tema "Politik Identitas dan Pengaruhnya terhadap Perjalanan Budaya Indonesia" di Nuart Scuplture Park, Komplek Setraduta, Kota Bandung, Sabtu (27/4) malam.
Ipong menuturkan kehidupan berbangsa dan bernegara tidak hanya sebatas pada kehidupan politik dan politik sendiri memiliki tujuan menyejahterakan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ia menilai perbedaan pilihan di ajang Pilpres 2019 adalah hal biasa. Namun, oleh pihak-pihak tertentu, perbedaan pilihan tersebut dikaitkan dengan kepentingan-kepentingan politik melalui politik identitas.
"Sebagai solusinya, melalui diskusi ini kami mengajak semua pihak untuk memahami hasil Pilpres 2019 lewat konteks kebudayaan. Dalam kebudayaan itu terdapat kearifan-kearifan yang mampu menyelesaikan berbagai persoalan bangsa, termasuk perbedaan pilihan di Pilpres 2019," paparnya.
Ipong mengakui kerja-kerja budaya membutuhkan waktu yang panjang karena terkait erat dengan kerja individu dalam sistem nilai yang dianut bangsa Indonesia yang beragam. Namun, ujar Ipong, beruntung bangsa Indonesia memiliki kebhinekaan yang selama terbukti mampu menyatukan seluruh bangsa Indonesia.
"Kebhinekaan adalah titik awal untuk kembali menyatukan bangsa Indonesia. Kebhinekaan itu sebuah kerinduan dan sunatullah," katanya.
Ipong pun yakin, ke depan, cara pandang Jokowi dalam menyikapi berbagai tantangan yang dihadapi bangsa ini lima tahun ke depan akan berbeda dibandingkan lima tahun yang lalu. Selain menyiapkan pemerintahan yang terbaik, Jokowi pun akan terus fokus bekerja untuk bangsa Indonesia.
"Sebagai pemimpin bangsa, setelah ditetapkan KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai Presiden terpilih, saya yakin beliau akan menyiapkan suksesi yang lebih smooth, lebih penuh persaudaraan," katanya.
Ipong menambahkan, saat ini, komunikasi menjadi kunci utama untuk kembali menyatukan bangsa Indonesia yang terbelah karena perbedaan pilihan. Oleh karenanya, Ipong pun mengimbau para elite politik mampu menahan diri dan tidak terus saling mencibir demi persatuan dan kesatuan bangsa.
"Kita bersyukur karena telah melewati satu babak, tinggal mengobati luka luka karena gesekan politik dan kita berharap menemukan kesadaran baru bahwa jangan sampai politik merusak masa depan bangsa Indonesia," pungkasnya.
Sementara itu, pembicara lainnya, Nyoman Nuarta berharap, masyarakat mampu mempertahankan kecintaan terhadap warisan leluhur. Menurut dia, nilai-nilai tradisi yang ditinggalkan leluhur memiliki nilai tak terhingga, sehingga harus dilestarikan dan dikembangkan.
"Pariwisata itu 60 persennya budaya. Dari pariwisata, kita bisa menghasilkan USD 17 miliar atau sekitar 200 triliun," sebutnya.
Pematung kenamaan itu mengakui, nilai-nilai tradisi yang ditinggalkan leluhur bangsa Indonesia kini mulai terganggu oleh masuknya tradisi dan kebudayaan asing dan dikhawatirkan menggerus tradisi dan budaya bangsa Indonesia yang sesungguhnya.
"Kita perlu mempertahankan tradisi dan budaya asli Indoensia. Seperti di sini, tradisi Sunda harus dipertahankan dan terus dilestarikan," tandasnya. [mae]