Soal julukan “Komandan Sampah”, perwira kelahiran Pasuruan itu datar-datar saja menanggapinya. Seperti biasa sosok yang dikenal amat religius ini tetap diam. Pribahasanya anjing menggonggong kafilah tetap berlalu.
“Orang yang bilang itu tak mengerti. Jadi tak usah ditanggapi. Sekali lagi saya ini tentara. Seorang Prajurit. Tentara itu lahir dari rakyat. Saat panglima kasih tugas sebagai Dansektor Citarum Harum, itu kehormatan bagi saya. Karena apa. Itu untuk rakyat. Kepentingan rakyat. Saya dan kawan-kawan harus siap. Tugas itu amanah. Dan itu harus saya laksanakan sebaik-baiknya,” jelasnya dengan logat Jawa Timurnya yang masih kental.
Sah-sah saja memang orang berpendapat dan berargumen atau meragukan keberhasilan program yang diluncurkan pada Februari 2018 lalu oleh Presiden ini. Karena saat penulis menyusuri sektor 6 dan 7 pada tahun 2018 di daerah Bojongsoang, Andir dan Baleendah tingkat pencemaran dan kerusakan sungai sepanjang 297 km2 itu memang sudah terlalu parah. Air sungai yang menghitam dan menyebarkan aroma busuk begitu menyengat hidung. Juga parit-parit kecil di sepanjang jalan yang dilalui di sekitar kecamatan Andir dan Baleendah berwarna warni tertutup sampah-sampah plastik.