KAB. BANDUNG || bedanews.com — Hanya untuk memenuhi kebutuhan Munggah, banyak warga memanfaatkan pegadaian, sebagai alternatif untuk mendapatkan sejumlah uang. Barang yang digadaikannya pun beragam, ada motor, emas, handphone, TV, dan barang lainnya yang sesuai dengan persyaratan.
Apalagi kebutuhan pokok harganya melejit, sehingga banyak warga yang mengeluhkan perihal tersebut. Seperti pengakuan Sumarni warga Soreang, yang menutukan kepada bedanews.com, ia terpaksa menggadaikan kalung dan gelang emasnya semata-mata agar bisa memenuhi kebutuhannya.
“Biasanya anak-anak pas sahur pertama ingin makan daging atau sejenisnya, sementara suami saya yang hanya pegawai pabrik dengan gaji bulanan tidak mencukupi untuk belanja di tanggal tua ini. Terpaksa saya menggadaikan emas sementara waktu ini,” katanya di Soreang, Senin kemarin 20 Maret 2023.
Ketika ditanyakan kapan menebus barangnya kembali, Sumarni hanya menghela napas, lalu mengatakan, kadang dua bulan setelah lebaran atau lebih bisa ditebusnya. Itu pun diupakannya dengan menyisihkan uang belanja sehari-hari.
Sementara warga lainnya memanfaatkan jasa renternir dan bank emok. Meski bunga dari pinjaman itu cukup tinggi, warga menyebutkan itu memang konsekuensi yang harus diterimanya. Daripada keluarganya tidak bisa melaksanakan sahur pertama nanti.
Bahkan salah seorang warga Katapang, Sumiati, mengemukakan, kalau dirinya terpaksa meminjam ke renternir dengan bunga pinjaman mencapai 20 persen. Untuk pembayarannya diungkapkan Sumiati yang sehari-harinya berdagang gorengan keliling, dilakukannya setiap hari. “Sebenarnya saya tak mau minjam ke renternir, tapi kemana lagi saya bisa mendapatkan uang,” ujarnya.
Sebagian warga lainnya untuk memenuhi kebutuhan menjelang munggah dengan memperpanjang waktu pinjaman sebagai nasabah bank emok. Walau pun ada imbauan dari pemerintah untuk tidak melakukan pinjaman ke bank emok juga renternir, dituturkan salah seorang nasabah, Farida warga Soreang, daripada keluarganya tidak makan lebih baik menjadikan bank emok sebagai pilihannya.
“Kebutuhan pokok sudah mahal, duit gak ada, yah sudah bank emok jadi pilihan,” tutur Farida yang merupakan salah seorang karyawati pabrik.***