Umar bin Khattab menyimak nasihatnya sambil berdiri. Hingga setelah beberapa waktu, ada seorang yang bertanya kepada Umar, “Wahai Amirul Mukminin, mengapa engkau mau berdiri seperti itu untuk mendengarkan wanita tua renta ini?”
Umar menjawab, “Demi Allah, kalau sekiranya beliau menahanku dari permulaan siang hingga akhir siang, aku tidak akan bergeser kecuali untuk shalat fardhu. Tahukah kalian siapa perempuan renta ini?”
“Dia adalah Khaulah binti Tsalabah. Allah mendengar perkataannya dari atas tujuh langit. Apakah Tuhan seluruh alam mendengarkan ucapannya, tetapi lantas Umar tidak mendengarkannya?”
Demikianlah peran perempuan dalam peradaban dan politik Islam. Peran yang Allah Swt. tetapkan, sangat proporsional dan sesuai dengan fitrah. Umat Islam telah menerapkan hal tersebut selama berabad-abad lamanya. Peradaban berkembang secara baik, kemajuan ekonomi, teknologi, dan militer terwujud secara sempurna. Hal itu karena keberhasilan yang dicetaknya adalah generasi handal, dan tempat mencetaknya dimulai dari rumah, dari seorang ibu yang shalihah. Wallahu a’lam bi ash shawwab.