Salah satu puisinya yang menarik dan menyentuh berjudul “Di Tanganmu, Musim Meluruh”. Puisi ini menggambarkan kehadiran seseorang yang memberikan kehidupan bagi seorang lainnya (berpengaruh besar).
Jika biasanya musim gugur identik dengan kesedihan (disimbolkan dengan kerontokan) dan datang dengan perubahan yang suram, puisi tersebut mencoba menghadirkan perspektif bahwa di tangan orang tersebut kehidupan justru dapat tumbuh dan berkembang, sekalipun sebenarnya ia dalam keadaan rapuh.
Berikut ini puisinya yang ditulis pada Senin, 20 Januari 2025:
“Di Tanganmu, Musim Meluruh”
Di tanganmu, entah apa musim gugur masih ada.
Sebab, pada ranting-ranting rapuh,
nyanyian tumbuh, melagukan kelembutan;
hujan tak lagi menutup
dunia dengan duka dalam pekat awannya—