Ketiga: Kerja Tim dan Kolaborasi; Pilar Kualitas yang Berkelanjutan; Kemenangan adu penalti bukan kerja satu orang, tapi kolaborasi. Demikian juga dalam dunia pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas, dibutuhkan sinergi: guru, orang tua, pemerintah, dan masyarakat. Pendidikan era 5.0 mensyaratkan ekosistem yang saling menguatkan. Dalam tahap refreezing, perubahan harus dikokohkan dengan budaya kerja sama. Sekolah menjadi pusat inovasi, bukan menara gading. Kolaborasi ini membentuk keberlanjutan kualitas, bukan hanya keajaiban sesaat.
Kemenangan Indonesia 8:7 atas Thailand adalah simbol bahwa kualitas bukan hal mustahil, tetapi hasil proses yang tepat. Dalam kerangka refreezing ala Kurt Lewin, peningkatan kualitas bukan hanya perubahan sementara, melainkan pembudayaan sistematis. Pendidikan harus memfasilitasi kesiapan siswa dalam belajar, membangun evaluasi berbasis cinta, dan membentuk kolaborasi lintas peran. Rekomendasi: 1) Guru dan sekolah mengintegrasikan model evaluasi holistik seperti Portofolio Cinta; 2) Pemerintah daerah memperkuat pelatihan guru dengan pendekatan pendidikan era 5.0; 3) Komunitas pendidikan membangun budaya reflektif berbasis kolaborasi, bukan kompetisi kaku.
Seperti halnya tim nasional yang meraih kemenangan dramatis setelah perjuangan panjang, transformasi pendidikan menuju Indonesia Emas 2045 pun butuh proses panjang, konsisten, dan penuh cinta. Refreezing bukan akhir, melainkan awal dari penguatan budaya belajar yang berakar kuat. Meningkatkan kualitas adalah tugas kita bersama agar generasi mendatang tidak hanya pandai mencetak gol, tapi juga membangun peradaban. Wallahu Alam.