Cilacap, BEDAnews.com
Dalam rangka Menyambut Tahun Baru Jawa 1 Suro 1950( 2928) Jawa Nusantara, Paguyuban Pelestari Kebudayaan dan Pengurus Ziarah Ritual Panembahan Tunggul Wulung Desa Tritih Lor Kecamatan Jeruklegi Kabupaten Cilacap mengadakan Kirab Budaya Suran yang bertujuan untuk menggali, melestarikan dan mengembangkan kesenian rakyat sekaligus mewujudkan kearifan lokal sebagai cikal bakal pertumbuhan kesenian nasional dan melestarikan budaya suran ditengah kehidupan masyarakat global.
Dasar Penggunaan Perhitungan kalender Jawa Nusantara dalam Bulan Sura adalah berpatokan pada kalender Nusantara yang diciptakan oleh Mpu Hubayun pada tahun 911 SM, sehingga Dasar Perhitungan Kalender ini adalah kalender tertua di dunia yang sekarang berangka Tahun 2928 Jw, Kalender yang penuh dengan falsafah tinggi yang menandakan Bangsa Kita adalah Bangsa yang besar adalah karena kalender ini telah dikenal dan dipakai oleh berbagai daerah / suku di Indonesia sejak dahulu kala.
Kalender Nusantara mengarah pada keharmonisan alam semesta berdasar pada awal proses terjadinya alam semesta dan mengakomodasi mikrokosmos dan makrokosmos, kalau kalender Masehi hanya mengakomodasi makrokosmos saja, bahkan kalender lainnya hanya hitungan angka saja tetapi kalender Jawa Nusantara ada system Hitung seperti ; Paringkelan dan naptu hari yang berimplikasi pada kadar air dan suhu udara, Naga Dina yang berimplikasi pada pergerakan arah angin, Nagasasi yang berimplikasi pada pergerakan arah Pancaran sinar Bulan, Naga Tahun yang berimplikasi pada pergerakan arah Pancaran sinar Matahari, Pranatamangsa yang berimplikasi pada birahi alam ( hewan, tumbuhan, virus, dll )
Kalender Jawa dalam sejarahnya selalu terkait dengan huruf jawa.kalau kalender jawa berdasarkan” sangkan dumadining bawana” ( proses awal terjadinya kehidupan alam semesta ) sedangkan huruf jawa berdasarkan “sangkan paraning dumadi” ( Proses Tujuan Akhir Kehidupan alam semesta ). Pertama kali diciptakan oleh Mpu Hubayun pada tahun 911 SM ( Sebelum Masehi ), pada tahun 50 SM Prabu Sri Maha Punggung I atau Ki Ajar Padang I mengadakan perubahan pada Huruf dan sastra Jawa.
Bertepatan pada tanggal 21 Juni 78 Masehi oleh Prabu Ajisaka mengadakan perubahan, dalam budaya Jawa ketika menghitung sesuatu selalu dimulai dari angka Nol ( Das ) sehingga kalender jawa kembali bermulai pada tanggal 1 Badrawarna ( Sura ) Tahun Sri Harsa, windu kuntara tanggal 1, bulan 1, tahun 1, windu 1 tepat pada hari Radite Kasih ( Minggu Kliwon ) ditetapkan permulaan perhitungan kalender Jawa, bertepatan tanggal 21 Juni 78 Masehi, Kalender jawa memakai pedoman peredaran Matahari (Solar)
Prabu Ajisaka adalah asli orang jawa bukan dari india, serta memiliki banyak nama atau gelar yaitu : Prabu Jaka Sengkala, Prabu Widayaka, Prabu Sindula, Prabu Sri Maha Punggung III, Ki Ajar Padang III. Salah Satu Petilasanya ada di Mrapen (Api Abadi ) daerah Grobogan, Purwodadi Jawa Tengah. Bukti Kalau Ajisaka asli Jawa adalah :
1. Pusaka yang diperebutkan oleh Para Pembantunya ( Punakawan ) adalah keris, sedangkan sampai detik ini diakui oleh seluruh dunia kalau keris adalah asli budaya jawa, kalau seandainya Ajisaka dari India tentunya di India ditemukan pusaka keris.
2. Para Pembantu/Punakawan yang terkenal ada 4 Orang yaitu : Dura, Sambadha, Duga dan Prayuga dari nama tersebut berasal dari bahasa jawa kuna
3. Nama Pembantu Prabu Ajisaka mempunyai arti anasir alam semesta Seperti Dura = Air, Sambadha = Api, Duga = Tanah sedang Prayuga = Angin yang melambangkan unsur anasir alam semesta dan unsur anasir tubuh manusia
4. Sedang Nama Ajisaka juga berasal dari bahasa Jawa Kuna ( Aji-Saka ) yang berarti Seorang Raja yang mengerti dan mempunyai Kemampuan Spiritual/ Raja Pinandhita/ Pemimpin Spiritual.
Kalender Jawa Nusantara adalah merupakan kalender Budaya dari Bangsa Jawa yang tidak terkait dengan Agama atau aliran Kepercayaan Apapun serta suku dan ras apapun dan berdiri diatas semua golongan karena makna kata jawa itu sendiri tidak bermakna sukuisme tetapi bermakna keselarasan kehidupan, Tahun Baru Jawa Nusantara yang disebut Suroan, Untuk Tahun ini 1 Suro 1950 ( 2928 ) Jawa Bertepatan dengan Tanggal 4 Oktober 2016 M.
Kegiatan Tahun baru Jawa 1950 ( 2928 ) JW dan Pekan Kegiatan Suran Tepatnya Bulan Oktober 2016 sekarang ini meliputi kegiatan Pagelaran Wayang Kulit, Saresehan dan Bedah Tembang Macapat, serta Kirab Tumpeng dan Perlombaan Pentas kesenian Rakyat. Acara Kirab Tumpeng Tunggul dibuka oleh Bupati Cilacap, H. Tatto Suwarto Pamuji bertempat di Pendopo Balai Desa Tritih Lor. Dalam kesempatan tersebut Bupati Cilacap berharap Agar kegiatan Budaya seperti ini bisa dicontoh oleh Desa desa lain dan kegiatan kedepan harus lebih meriah lagi untuk meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap seni Budaya lokal, Pungkasnya.
Kirab Tumpeng Tunggul diarak dari Pendopo Balai desa Tritih Lor menuju Panembahan Tunggul Wulung diiringi oleh Caraka, Para Manggala Praja, Nayaka, Tamtama Manggala Yuda, Putri Domas dan Tumpeng – Tumpeng dari masyarakat yang diikuti oleh Kesenian – kesenian lokal dan dimeriahkan juga oleh Pentas Barong Sai dari Anak – anak SMK Bina Bhakti Cilacap, Pentas seni Kuda Kepang group Unggul Sekar Urip Budoyo dan dilanjutkan dengan gelar pentas Budaya dan selamatan Suran di Pelataran Panembahan Tunggul Wulung.
Ketua Panitia Kegiatan Kirab Budaya Suran sekaligus Ketua Ziarah Adat dan Budaya Panembahan Tunggul Wulung Ki Caraka Sutarto mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya serta penghargaan yang setinggi tingginya kepada semua Pihak dan Instansi instansi Pemerintah dan Swasta yang telah membantu terlaksananya kegiatan Kirab Budaya Suran baik moril dan materil khususnya Kepada Pemerintahan dan warga Masyarakat Desa Tritih Lor, ungkapnya. (Kamsi Gautama) Teks foto Suasana Kegiatan Kirab Budaya Panembahan Tunggul Wulung.