Ia juga menegaskan bahwa, semuanya warga negara, mulai dari ASN, TNI, Polri, para pelajar dan mahasiswa adalah prajurit di medan siber. Setiap klik, setiap share, setiap keputusan di dunia maya adalah bagian dari strategi pertahanan. Sehingga menurutnya, literasi keamanan siber adalah senjata, kesadaran digital adalah tameng dan etika digital adalah kompas moral.
Pandu menambahkan bahwa, Papua Barat Daya memiliki peran istimewa sebagai garda terdepan NKRI. Wilayah ini adalah benteng yang menjaga wajah Indonesia di mata dunia. Jika benteng ini kokoh, maka gelombang ancaman digital akan pecah di garis pertahanan. Namun jika rapuh, maka ancaman ini akan masuk dan menggerogoti keutuhan bangsa dari dalam.
“Karena itu, membangun ketahanan siber di Papua Barat Daya sama pentingnya dengan menjaga kedaulatan wilayah dan harga diri bangsa,” kata Marsma Pandu.