Tidak sedikit wartawan yang memeras narasumber. ”Saya baru saja pulang dari Kolaka, Sulteng. Di sana banyak sekali orang yang mengaku wartawan, lalu datang ke kepala desa/ lurah, tanya sana-sini terkait program pembangunan.
”Saya khawatir pengucuran anggaran dana desa yang jumlahnya fantastis itu bisa menyuburkan praktik wartawan abal-abal,” kata Agus.
Terminologi wartawan abal-abal menurut Agus adalah wartawan yang tidak punya media massa, tetapi melakukan kegiatan jurnalistik untuk mencari sesuap nasi. Tidak punya media, tetapi bekas wartawan atau punya media, tetapi tidak terbit rutin.
Bahkan sebelumnya, Ketua Dewan Pers Bagir Manan menyampaikan keprihatinan tentang makin maraknya wartawan dan media massa abal-abal, saat menyampaikan pidato Hari Pers Nasional (HPN) 2015 di Batam, Kepulauan Riau, 9 Februari lalu. (MR/AK)