BANDUNG,- Forum Direktur Vokasi Swasta Indonesia (FDVSI) menggelar webinar bertajuk “Arah, Strategi dan Kebijakan Pendidikan Tinggi Vokasi Pasca Pandemi COVID-19″.
Acara yang berlangsung pada Sabtu (30/5) diikuti sekitar 3000 melalui Zoom aplikasi dan dapat disaksikan pula melalui live streaming Youtube Channel Forum Direktur Vokasi Swasta Indonesia.
Hadir sebagai pembicara kunci dalam acara ini adalah Direktur Jendral (Dirjen) Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud RI) Wikan Sakarinto, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah IV (LLDIKTI) Prof. Uman Suherman, Rektor Telkom University Prof. Dr. Adiwijaya yang juga ketua Dewan Pertimbangan FDVSI, Direktur Poltekpos sekaligus Ketua FDVSI, Dr. Agus Purnomo.
Ketua FDVSI Agus Purnomo memaparkan bahwa saat ini FDVSI memiliki anggota sekitar 189 Direktur dari politeknik, akademi dan sekolah/fakultas vokasi yang berasal dari sabang sampai merauke.
“Tujuan dari diselenggarakannya acara ini adalah kami ingin menjadi partner untuk menyosialisasikan berbagai kebijakan & program Ditjen Diksi sekaligus memperhatikan dan mengakomodasi berbagai aspirasi dari FDVSI,” kata dia.
Melalui forum ini Agus menyampaikan bahwa saat ini ada 4 permasalahan yang dihadapi PTS Vokasi, yakni Revitalisasi PT (Perguruan Tinggi) Vokasi, Link & Match dengan Industri, Implementasi Peraturan Menteri Memes dan Akreditasi.
Ia juga memberikan usulan solusi untuk keempat permasalahan tersebut.
“Kami berharap permasalahan ini bisa kita selesaikan bersama sehingga kedepan kita bisa bersama-sama membentuk vokasi-vokasi yang siap berkontribusi bagi bangsa ini,” katanya.
Rektor Telkom University, Prof. Dr. Adiwijaya menjelaskan bahwa institusi pendidikan harus mampu menjaga sustainability khususnya dimasa pandemi saat ini.
Satu hal penting untuk menjaga sustainability lembaga pendidikan tinggi adalah layanan paripurna untuk seluruh pemangku kepentingan (service excellence).
Ada 3 hal penting yang harus diperhatikan untuk menciptakan service excellence guna terciptanya sustainability, diantaranya adalah Adaptive, Innovative dan Collaboration.
“Yang paling penting adalah kita harus sadar akan pentingnya kolaborasi dan mengimplementasikannya, dengan kolaborasi kita bisa memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa ini. Kolaborasi tak hanya antar lembaga pendidikan vokasi, tapi juga dengan dunia industri, karena kunci link and match ada disini,” pungkas dia.
Sementara itu, Wikan Sakarinto, menjelaskan, untuk menjalin “Link and Match” (Pernikahan) dengan pihak industri perlu adanya 9 poin penting yang harus diwujudkan yaitu :
- Kurikulum yang disusun bersama dengan pihak industri
- Dosen-dosen tamu yang berasal dari industri
- Program magang yang tertruktur dan dikelola bersama dengan baik
- Komitmen yang kuat dan resmi industri dalam penyerapan lulusan
- Program beasiswa dan ikatan dinas bagi mahasiswa
- Bridging program dimana pihak industri memperkenalkan teknologi dan proses kerja kepada para dosen
- Sertifikasi kompetensi yang diberikan kepada lulusan
- Bantuan alat laboratorium oleh pihak industri
- Joint research.
“Kesembilan poin ini harus disepakati oleh kedua belah pihak, dan harus bersama-sama dijalani dan saya harap ini bisa dilahirkan dan ditambah lagi, ini adalah poin-poin yang harus dihubungkan dengan industri, dan pihak industri harus menjamin bahwa kita memberikan kualitas yang baik,” katanya.
Pria yang akrab disapa sebagai Mas Dirjen ini mengapresiasi webinar yang diadakan oleh FDVSI serta pemahaman FDVSI terhadap masalah utama Pendidikan Vokasi dan solusinya, serta siap berkolaborasi dengan FDVSI dalam menjalankan program-program Ditjen Diksi.
“Masalah yang dikemukan oleh FDVSI tentang Program Penguatan Pendidikan Tinggi Vokasi (PPPTV) Tahun 2020 yang saat ini hanya diberikan untuk PTN Vokasi secara kompetisi, maka program serupa akan diberikan juga secara terpisah kepada PTS Vokasi,” tandasnya. [mae]