Menurut Saskia Sassen (2001: 105), pencakar langit di kota-kota global seringkali mencerminkan kekuasaan ekonomi korporasi yang mengerdilkan suara masyarakat lokal.
Di Indonesia sendiri, pertumbuhan gedung pencakar langit di Jakarta mencerminkan dinamika kota global yang cepat. Namun, kekhawatiran akan dampak sosial dan lingkungan tetap mengemuka. Studi oleh Gunawan (2015: 72) mengungkapkan, pembangunan gedung tinggi tanpa perencanaan berkelanjutan berpotensi memperburuk kemacetan, polusi dan kesenjangan sosial.
Maka, apa yang sebaiknya dilakukan? Pertama, pembangunan pencakar langit harus disertai dengan kebijakan inklusif yang menjamin akses ruang publik dan keadilan sosial. Kedua, perlu integrasi desain arsitektur berkelanjutan yang memperhatikan aspek lingkungan dan kualitas hidup penghuni kota. Ketiga, keterlibatan masyarakat dalam proses perencanaan sangat penting agar gedung pencakar langit tidak hanya menjadi simbol kemewahan semata, tetapi juga bagian dari narasi kota yang berkelanjutan dan berkeadilan.