Namun, sebagaimana dicatat oleh Ali Madanipour dalam Design of Urban Space (Madanipour, 1996: 82), pencakar langit juga seringkali menjadi simbol ketimpangan sosial yang tersembunyi. Ketika gedung-gedung mewah menembus langit, di bawahnya, banyak komunitas kecil terpinggirkan oleh harga tanah yang melambung. Ketimpangan ini bukan hanya soal ekonomi, melainkan juga soal hak atas ruang dan kualitas hidup. Pencakar langit menimbulkan efek domino yang memperkuat segregasi sosial—membagi kota menjadi kawasan elit dan kawasan marginal.
Gaya hidup urban modern yang diusung oleh pencakar langit membawa serta ambivalensi. Di satu sisi, mereka memperlihatkan kemajuan teknologi dan desain yang semakin ramah lingkungan serta efisien (Ng, 2018: 114). Namun, di sisi lain, mereka memicu pertanyaan etis mengenai bagaimana membangun kota yang manusiawi, bukan sekadar megah secara fisik.