Oleh: Muhammad Rofik Mualimin (Dosen STAI Yogyakarta/Pengasuh PP Latifah Mubarokiyah)
YOGYAKARTA || Bedanews.com – Di tengah deretan beton dan baja yang menjulang, gedung pencakar langit bukan hanya sekadar monumen kemegahan arsitektur modern. Ia juga menjadi simbol ambisi manusia mengukir ruang dan waktu di atas batas yang terbentang. Namun, di balik kemegahan itu, patut ditanyakan: apakah pencakar langit benar-benar merefleksikan kemajuan masyarakat atau justru memperbesar jurang ketimpangan sosial?
Gedung pencakar langit, menurut peneliti terkenal, Thomas G. O’Rourke, merupakan “wujud tertinggi aspirasi ekonomi dan budaya dalam era urbanisasi masif” (O’Rourke, 2010: 45). Ia adalah manifestasi kekuatan teknologi dan kapital, di mana lahan yang terbatas di kota besar disulap menjadi ruang vertikal yang efisien. Di banyak kota dunia, gedung pencakar langit menjadi ikon kebanggaan sekaligus magnet investasi.