“Hal semacam ini tidak menutup kemungkinan bisa mengubah pola pikir, karakter bahkan mengubah segalanya,” ujar Uu Ruzhanul.
“Yang paling berbahaya adalah seni dan budaya yang merusak citra dan karakter masyarakat Jawa Barat, yang ujung-ujungnya identitas masyarakat menjadi tidak kelihatan,” imbuhnya.
Ia menuturkan, Jawa Barat dikenal dengan karakter nyunda , nyantri , dan nyakola sehingga melalui kegiatan dialog penguatan nilai budaya lokal diharapkan dapat memberi kesadaran dan membangkitkan generasi muda untuk mencintai dan melestarikan budaya dan seni di daerahnya masing-masing.
“Jangan sampai orang Cirebon tidak tahu budaya dan kesenian Cirebon itu sendiri,” ujar Uu.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jabar Benny Bachtiar mengatakan, dialog penguatan nilai budaya lokal merupakan rangkaian Riksa Budaya Jawa Barat yang dimulai sejak tahun 2019.