Keenam: Istiqomah Takkan Terwujud Kecuali Lillâhi dan Billâhi, serta ‘Alâ Amrillâhi; Lillâhi yaitu dengan ikhlas. Maksudnya hendaknya seorang hamba itu berlaku istiqomah dan menetapi jalan Allâh yang lurus dengan mengikhlaskan semuanya ini karena Allâh, mengharapkan pahala dan keridhaan-Nya. Allah berfirman: “Dan tidaklah kami diperintahkan melainkan untuk menyembah Allâh dengan cara mengikhlaskan agama hanya untuk-Nya.”(QS al-Bayyinah:5).
Ketujuh: Wajib Bagi Seorang Hamba Sebesar Apapun Istiqomahnya Agar Tidak Bersandar Kepada Amalannya; Ia tidak boleh tertipu dengan ibadahnya, tertipu dengan banyaknya berdzikir kepada Allâh atau amalan-amalan ketaatan lainnya. Nabi SAW mengabarkan di dalam hadits Tsaubân, yaitu: “Istiqomahlah dan janganlah memperhitungkan. Ketahuilah bahwa sebaik-baik amalan kalian adalah sholat.” Bahwa mereka ini sejatinya tidaklah sanggup (melakukan istiqomah), karena itulah mereka berpindah ke muqôrobah yaitu mendekati istiqomah sebatas kemampuannya. Layaknya orang yang melempar ke suatu target yang apabila tidak bisa mengenainya maka setidaknya mendekati (target).