Bandung, bedanews.com
Wakil Rektor I Bidang Akademik, Prof.Dr. Rosihon Anwar, M.Ag mengatakan mesjid merupakan sarana untuk menyampaikan pesan nilai-nilai moderasi beragama, kebaikan, kedamaian, simbol spiritualitas dan hubungan hamba dengan Tuhan.
Hal itu, disampaikan Rosihon terkait Wasiat Sunan Gunung Jati “ Ingsun Titip Tajug lan Faqir Miskin” yang dijadikan Tema Wisuda UIN SGD Bandung ke-86, Sabtu, Minggu, (25-25/06/2022)
Rosihon menegaskan Mesjid tidak boleh djadikan sarana untuk melakukan provokasi,menghasut, menebar kebencian dan saling menyalahkan satu sama lain.
“ Mesjid simbol spiritualitas,artinya jurusan-jurusan (mahasiswa) UIN Bandung harus punya akhlaq mulia. Dan,dalam kontek sekarang eksistensi mesjid sebagai tempat menyampaikan nilai nlai moderasi beragama, jadi, sangat sesuai dengan misi Kemenag” ujarnya.
Dijelaskan Rosihon, Wasiat “Insun titip Tajug dan Lan Faqir Miskin” adalah nasihat dari yang punya nama dari kampus ini (UIN Bandung),yakni Sunan Gunung Jati atau Syeikh Sarif Hidayatulloh.
“ Jadi pantas sekali jika petuah beliau (Sunan Gunung Jati-red) jadi bagian proses akademik UIN SGD Bandung, Sebab, wasiatnya punya makna mendalam sekali dan masih relevan dengan kondisi sekarang “ ungkap Prof Rosihon, Rabu, 29 Juni 2022.
Menurut Prof.Rosihon, Insun Titip Tajug (mesjid) merupakan nasihat yang sangat dalam, artinya mesjid harus dikelola dengan baik dan benar sesuai fungsinya, mesjid sebagai sarana untuk mendekatkan hamba dengan Tuhan dan sebagai tempat menyampaikan pesan pesan moderat.
Lebih jauh Rosihon Memaparkan Lan Faqir Miskin, artinya simbol ekonomi, simbol hubungan sosial, atau simbol keberpihakan kepada orang orang tertindas, dan di situ ada pesan tentang hubungan yang baik.
Rosihon mengingatkan agar para wisudawan nanti kalau sudah jadi orang sukses, jangan lupa dengan orang kecil. Jangan terlalu mempersoalkan tentang status sosial, ekonomi fakir miskin harus diperhatiakn, Tidak boleh lulusan UIN bandung hanya memperhatikan aspek spiritualitas saja, tetapi aspek ekonominya harus maju.
“Pesan Sunan Gunung Jati luar biasa dan bagus sekali, sebab mengajarkan keseimbangan antara akhirat dan dunia.” terangnya.
Ditambahkan Rosihon, wasiat Sunan Gunung Jati dalam kontek revolusi industri 5.0 sangat relevan sekali. Menurutnya salah satu dampak dari 5.0 adalah orang cendrung hidup individualistis,egois,tidak membutuhkan orang lain karena semua dipenuhi dengan teknologi.
“Kalau pesan beliau dari aspek sosial bagus sekali, artinya kita tidak boleh egois meski hidup terpenuhi semua, kita jangan teralienasi (terasing-red) dari kehidupan sosial, kita harus tetap terhubung secara sosial.Dan,ciri-ciri dampak revolusi industri adalah orang jadi hampa dan kering dari spiritualitas, cenderung lebih hedonistik dan materilistik.”
Rosihon mengajak civitas akademika UIN SGD Bandung untuk mengenal sosok Sunan Gunung Jati, dalam menyebarkan syiar islam.
“ Beliau dalam menyebarkan syiar Islam, bisa mempengaruhi orang tanpa memaksa, karena proses islamisasi yang dilakukan oleh para wali,tanpa kekerasan,Jadi kalau orang bicara moderasi beragama ya para waliyullah itu. Tidak mengajarkan kekerasan, mengajak islam secara damai, bahkan, adaptif dengan budaya lokal, itulah yang penting.” pungkas Rosihon.***