Garut – bedanews.com – Salah satu hal untuk menangkal paham radikalisme dan intoleransi, yakni dengan belajar mengaji harus bertemu langsung dengan gurunya, bukan melalui media sosial.
Menurut pimpinan Pondok Pesantren Al Jauhari, Kecamatan Sukawening, Kabupaten Garut, Jawa Barat, KH. Jujun Junaedi bahwa, diantara contoh mereka yang berpaham radikal dan intoleran adalah mudah mengkafirkan orang lain.
“Dia merasa benar, sementara yang lain salah,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Selasa (12/4).
Saat ini, lanjut Jujun, cukup banyak masyarakat yang berpaham tersebut. Hal itu terjadi kepada mereka yang baru paham saru dua hadits melalui aplikasi media sosial, salah satunya Youtube.
“Sekarang kan banyak yang begitu, baru hafal satu dua hadits dari youtube, suka mendengar ustadz dari youtube (sudah) berani mengkafirkan. Kalau yang toleran kan minimal dikaji dulu, kenapa begini, begitu, tidak ujug-ujug kamu kafir,” ungkapnya saat disambangi AKP Bambang S dari Mabes Polri.