“Pesawat bekas tersebut hanya mendapat dukungan servis selama 3 tahun awal. Setelahnya sisa 7 tahun, kita harus membayar mahal karena biaya perawatan pesawat tempur tidak murah, apalagi pesawat usia tua, apakah anggaran kita sudah siap?,” cetusnya.
Hasanuddin mengatakan, dengan anggaran USD 792 juta atau hampir setara Rp 12 triliun yang dialokasikan Kemhan untuk membeli Mirage 2000-5, imbuhnya sebenarnya Indonesia bisa mendapatkan hampir 1 skuadron jet tempur F-35A, SAAB Gripen, atau F-15 EX baru yang pastinya memiliki usia pakai lebih lama hingga 40 tahun dan jaminan servis suku cadang yang lebih meyakinkan.
“Jadi saya kira penundaan pembelian pesawat Mirage 2000-5 bekas dari Qatar ini sudah tepat. Mungkin bisa saja ada pertimbangan lain bila dikaitkan dengan debat ketiga antar capres dengan tema pertahanan 7 Januari mendatang,” tegasnya.