Siang itu, di suatu hari yang hangat, Sang Surya nampak bertengger di cakrawala yang biasanya di musim penghujan bersembunyi. Penulis sejak pagi tiba di lokasi dan melakukan pengamatan dari kejauhan dan duduk seorang diri. Di sisi kolam retensi yang berada di sekitar area Pasar Induk Gedebage, Kecamatan Panyileukan Kota Bandung, nampak dua orang prajurit TNI berpakaian loreng hijau tengah mondar-mandir mengitari kolam retensi. Terlihat serius sekali. Sekali-kali dua prajurit itu berjalan mengitari area pasar yang cukup luas dengan berjalan kaki. Setiap detail pasar, apa pun itu, tak luput diamati.
Mulai dari sampah yang berserakan di jalanan, buah-buahan yang membusuk dan menggunung yang merusak pemandangan, bangunan liar dan kumuh yang bertebaran, sampai pada toilet umum pun tak luput dari perhatian dan terdeteksi ternyata buang limbah kotoran manusia secara sembarangan.
Dua orang prajurit itu, tak lain adalah dua anggota yang sedang menjalankan tugasnya di subsektor 11 sektor 22 Citarum Harum yang tengah patroli. Sebagai anggota Satgas Citarum Harum, 2 prajurit itu memang dalam bertugas dikenal amat teliti. Itu tak lain karena Sang Komandan, Kol.inf. Eppy Gustiawan dalam bertugas memang selalu teliti, bertindak tegas tanpa kompromi, piawai dalam berdiplomasi. Dan itu pula yang selalu ia tekankan kepada anggotanya dalam menjalankan tugas atau suatu operasi. Apalagi di musim penghujan seperti sekarang ini. Apapun di lapangan yang terjadi, dampak atau tindakan antisipasi adalah tugas yang harus dijalani dan dilaporkan tiap hari.
Serma Abdulloh Fauzi, salah seorang prajurit itu, adalah Dansubsektor 11 dari 17 subsektor yang ada di sektor 22 Program Citarum Harum di bawah komando Kol.inf. Eppy Gustiawan. Berkat ketelitian dan patroli yang rutin dilakukan bersama anggotanya, Abdulloh mampu mendeteksi toilet umum yang beroperasi di pasar induk yang ternyata tidak memiliki septic tank alias pembuangan sendiri. Toilet umum berbayar dengan 7 pintu itu membuang limbah kotoran manusianya langsung ke parit tanpa merasa risi.Maka tindakan tegas pun ia lakukan dengan menutup toilet umum tersebut tanpa kompromi.
Tindakan tegasnya itu tak ayal telah mengantarkan Kelurahan Mekarmulya terverifikasi bebas ODF. Pada 23 November 2020 bersama Kelurahan Cipadung Kidul di Kecamatan Panyileukan, Mekarmulya mendeklarasikan diri sebagai kelurahan yang bebas ODF ( Open Defecation Free). Verifikasi ODF ini menurut Sri Kurniasih, Camat Panyileukan, adalah proses memastikan suatu komunitas masyarakat yang menyatakan bahwa secara kolektif telah bebas dari perilaku buang air besar sembarangan.
Ibarat sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, Abdulloh sebagai Dansubsektor 11 awal mulanya hanya melakukan tugas rutin melakukan patroli sungai termasuk anak cucu dan cicit sungai di wilayahnya jangan sampai ada pencemaran dari limbah kotoran manusia yang masuk kolam retensi di Gedebage apalagi kalau nantinya berakhir masuk ke Sungai Citarum.
“Kami tutup toiletnya biar tidak masuk ke kolam retensi. Kalau masuk limbah kotoran manusia, air kolam ini kan jadi bau busuk dan tercemar,” jelas Abdulloh menjawab pertanyaan penulis.
Sebagaimana diketahui, di Pasar Induk Gedebage saat ini sedang dibangun kolam retensi yang berfungsi sebagai danau penampungan air hujan agar area pasar Gedebage tidak kebanjiran yang selama ini dikenal langganan banjir.
Meskipun baru setengah perjalanan pengerjaannya, fungsi kolam retensi itu sudah teruji pada tanggal 23 November lalu, di area pasar Gedebage, terpantau Satgas tidak terjadi banjir dan genangan air seperti biasanya.
“Assalamualaikum selamat siang Komandan! Izin melaporkan dari Sub Sektor 11 sektor 22 Citarum Harum. Ini adaah situasi dan kondisi kolam retensi yang ada di area Pasar Induk Gedebage. Akibat hujan tadi malam Alhamdulillah sudah mulai tampak fungsi dari kolam retensi. Air tertampung di kolam retensi. Dan area pasar induk Gedebage tampak kering dan tidak ada genangan-genangan. Demikian yang bisa kami laporkan dari sub 11….”
Itulah bunyi laporan Abdulloh Fauzi Dansubsektor 11 yang terdengar lantang membahana seantero Panyileukan dan gaungnya sampai terdengar ke Kota Bandung
Kolam dengan panjang 120 meter, lebar 20 meter dan kedalaman 3 meter dan mampu menampung air sampai 5000 meter³ itu mulai dikerjakan sejak tanggal 3 September 2020 dan direncanakan selesai tanggal 17 Desember 2020 atau selama seratus hari kerja.
Ellis Suprihatin Lurah Mekarmulya, mengakui selama ini pihaknya sudah memberikan peringatan terhadap pemilik toilet umum di Pasar Induk Gedebage yang melakukan praktek nakal dengan membuang limbah kotoran manusia langsung ke parit, namun tak digubris dan tetap saja membsandel. Wajar bila keberadaan Satgas Citarum Harum Sektor 22 subsektor 11 yang dengan tegas menutup praktek toilet tersebut, amat membantu pemerintah setempat dalam melakukan pembinaan dan menindak pelaku pelanggaran lingkungan.
Karena itu tak heran jika Lurah Mekarmulya, Ellis Suprihatin menyatakan sangat mengapresiasi kinerja subsektor 11.
“Saya amat mengapresiasi dan merasa puas dan senang, sehingga Mekarmulya berhasil jadi kelurahan yang bebas ODF. Saya berharap kerjasama yang terjalin baik selama ini, dengan melakukan kegiatan bersama seminggu sekali akan terus terjalin dan lebih baik lagi. Terima kasih Satgas subsektor 11 Sektor 22 Citarum Harum,” ujar Lurah Mekarmulya.