Kedua: Peluang apa yang dapat dieksplorasi?; 1) Talenta Inovator Daerah – Inkubator sekolah‑desa dapat mengangkat tech‑preneur berbasis pertanian cerdas & budaya kreatif (batik AR, wayang VR); 2) Kurasi Kurikulum Cinta – Model “Kurikulum Cinta” Kemenag mengintegrasikan empati & literasi data; PINTER menjadi “motor” yang menautkan logika dengan kasih‑sayang; 3) Ekosistem Industri 5.0 – Demand untuk AI‑ethics officers, analis big‑data kebencanaan, dan green engineers membuka ruang kerja bernilai tambah tinggi; 4) Diplomasi Budaya Global – Nilai PINTER yang berakar lokal namun universal dapat dipromosikan melalui edtech dan festival budaya, mendukung soft‑power Indonesia.
Ketiga: Tantangan apa yang muncul? 1) Digital Divide Persisten – Akses internet belum merata; perlu public‑private partnership bertumpu pada prinsip cageur (infrastruktur sehat); 2) Superficial Learning – Kebutuhan lulus ujian cepat menimbulkan budaya “hafalan instan”; perlu evaluasi berbasis proyek dan refleksi; 3) Fragmentasi Nilai – Arus informasi global kadang menegasi identitas lokal; guru harus menjadi value integrator yang menjembatani tradisi dan inovasi; 4) Keterbatasan Guru Abad 21 – Tidak semua pendidik mahir digital pedagogy; upskilling terpadu melalui micro‑credential dan komunitas praktik menjadi keniscayaan.