Bandung,Bedanews.com
Wawancara Eksklusif dengan: Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM. Kelahiran Ciamis, 21 April 1961: Guru besar Manajemen Pendidikan UIN Bandung. Peraih Nominator Penulis Opini terproduktitf di Koran Harian Umum Kabar Priangan (15/5/2025). Dewan Pembina PERMAPEDIS Jawa Barat; Dewan Pakar Perkumpulan Wagi Galuh Puseur. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Mishbah Cipadung Bandung dan Yayasan Pengembangan Swadaya Mayarakat Tresna Bhakti Cinyasag Panawangan Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat. (Selasa, 29 Juli 2025: 22:30),
“Skor 1:0 atas Vietnam bukan sekadar kekalahan, ia cermin pentingnya konsistensi dalam membangun pembelajaran dan peradaban bangsa.”
Tanggal 29 Juli 2025, stadion penuh sorak, Indonesia bertanding melawan Vietnam di final U-23. Namun pada menit 41:11, skor berubah jadi 1:0. Meski permainan belum berakhir, gestur para pemain kita sudah menunjukkan kelelahan, kehilangan koordinasi, dan runtuhnya kepercayaan. Kekalahan itu menyisakan pertanyaan besar: Apa yang sesungguhnya hilang dari kita? Lebih dari soal strategi atau stamina, skor itu menyingkap satu nilai yang genting: konsistensi. Dalam pendidikan pun, konsistensi adalah nyawa yang menjaga ritme pembelajaran, membangun kepercayaan, dan menghidupkan nilai. Namun, sayangnya, dalam euforia reformasi kurikulum dan modernisasi teknologi, nilai konsistensi kerap terpinggirkan.Imam Al-Ghazali mengingatkan bahwa guru adalah pembangun kehidupan kekal anak-anak kita. Tapi, sebagaimana diingatkan Thorndike, anak tak bisa belajar bila tak berada dalam kesiapan yang didukung lingkungan konsisten secara mental, emosional, dan sosial.