Pertama: Nilai edukasi apa yang bisa digali dari sosok Ibu Kartini, yang bisa ditransformasikan kepada Generasi Z? Kartini bukan sekadar pejuang emansipasi, ia adalah pelopor transformasi kesadaran. Dari surat-suratnya, kita menangkap tiga nilai utama: pencarian makna hidup melalui ilmu, keberanian dalam menyuarakan kebenaran, dan semangat kasih untuk memajukan sesama. Generasi Z, yang lahir dalam era digital, memerlukan penyadaran akan makna pembelajaran yang tidak sekadar kompetitif tetapi kolaboratif dan empatik. Nilai “Ilmu sebagai cahaya” dapat diterjemahkan dalam pembelajaran berbasis proyek sosial, dialog reflektif, dan pendekatan berbasis nilai.
Kedua: Nilai atau pendidikan karakter seperti apa yang dibutuhkan dalam menghadapi Indonesia Emas 2045? Menyongsong Indonesia Emas 2045, dibutuhkan karakter yang menyatukan kecerdasan intelektual, emosional, spiritual, dan ekologis. Karakter utama meliputi: 1) Cinta dan empati, sebagai dasar relasi antar manusia dan dengan alam; 3) Kritis reflektif, untuk menghadapi kompleksitas informasi dan hoaks; 3) Spiritual ekologis, yaitu kesadaran bahwa merusak alam berarti mengingkari amanah Tuhan; 4) Kolaboratif dan tangguh, untuk menjawab tantangan global dengan semangat gotong royong dan inovasi. Integrasi nilai-nilai ini sejalan dengan arah Kurikulum Merdeka yang menekankan profil pelajar Pancasila, namun perlu diperkuat dengan pendekatan kurikulum cinta dan pembelajaran bermakna yang holistik.