Seperti dikemukakan oleh Basri dan Mubyarto (2017: 45), kemiskinan di Indonesia tidak hanya soal kurangnya pendapatan, tapi juga keterbatasan akses terhadap pendidikan dan kesehatan.
Keterbelakangan di wilayah-wilayah terluar, terpencil dan tertinggal (3T) juga menjadi tantangan besar. Daerah-daerah seperti Papua, Nusa Tenggara Timur dan Maluku masih kerap mengalami kesenjangan pembangunan yang mencolok dibandingkan dengan pusat-pusat kota besar.
R. Budi Santoso (2019: 133) dalam Jurnal Pembangunan dan Kebijakan Publik menyebutkan, ketimpangan antarwilayah menghambat proses pemerataan pembangunan dan memicu migrasi massal ke kota-kota besar, yang justru memperparah kemacetan dan kemiskinan urban.
Selanjutnya, persoalan kebodohan atau rendahnya tingkat pendidikan menjadi “musuh” lain yang sulit dilawan. Data UNESCO (2023) memperlihatkan, sekitar 6,5 juta anak usia sekolah di Indonesia belum mengenyam pendidikan dasar yang memadai. Faktor ekonomi dan budaya turut menyumbang rendahnya angka partisipasi pendidikan, terutama di kalangan keluarga miskin.












