“Saat ini ada banyak faktor yang dapat mengganggu supply chain, seperti perang, bencana alam, serta kebijakan ekonomi global seperti Trumponomics 2.0. Kebijakan proteksionisme yang diusung Trump dalam skenario ini dapat menjadi hambatan bagi rantai pasok global,” jelas Prof. Agus.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, dia menawarkan berbagai solusi, termasuk pemanfaatan teknologi informasi, Internet of Things (IoT), dan blockchain dalam manajemen supply chain. Selain itu, dia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, akademisi, pengusaha, dan masyarakat dalam mendukung keberlanjutan.
“Kerja sama antarnegara juga dibutuhkan agar kita dapat melestarikan lingkungan dan menciptakan supply chain yang lebih tangguh serta berkelanjutan,” tambahnya.