Singkat cerita, setelah menempuh perjalanan darat dengan suatu angkutan umum, sampailah Eko di Korem Kupang menghadap Danrem. Matanya nanar menjelajah ke atas meja yang banyak tersedia penganan dan minuman. Namun Sang Danrem dengan dingin tak sekalipun menawarkan atau mempersilahkan minum.
Saking sudah tak tahannya menahan lapar dan haus, Eko pun memberanikan diri minta izin meminum minuman yang ada di meja. Saat diperbolehkan, saat itu Eko merasakan nikmat yang tiada tara minum air yang mengalir ke kerongkongannya.

Tegukan demi tegukan ia nikmati dengan perasaan syukur bercampur merasa bersalah dan sedih mengingat teman-temanya masih didera lapar dan haus di kapal.











