Kepemimpinan sejati, tidak hanya terbatas pada organisasi-organisai formal, bahkan tidak jarang merupakan praktek di luar batas-batas berbagai organisasi yang bersifat formal tersebut. Seringkali kepemimpinan dipraktekkan oleh mereka yang di atas kertas tidaklah merupakan pemimpin yang ditunjuk. Sejumlah ahli mulai melakukan eksplorasi atas aspek-aspek kepemimpinan yang luput atau tidak tertangkap oleh cerita-cerita (atau teori-teori) lama tentang kepemimpinan. Ide-ide sejumlah pakar inilah yang menjadi sebuah jembatan yang menghubungkan perspektif kepemimpinan industrial dengan perspektif kepemimpinan pasca-industrial (post-industrial perspectives of leadership).
Salah satu gagasan baru tarsebut, menurut pandangan Shriberg, adalah “Servant Leadership” ini adalah salah satu dari teori-transisi yang menjembatani era pendekatan industrial dan era pendekatan pasca industrial. Prinsip-prinsip Manajemen Servant Leadership tidak hanya berlaku untuk bidang bisnis, melainkan juga dapat diterapkan dalam bidang kehidupan, pelaksanaan operasi lembaga-lembaga sosial pendidikan dlsb. Memang Robert K. Greenleaf yang mempolerkan nama servant leadership pada tahun 1970-han, namun pada kenyataannya Servant Leadership sudah ada sejak ribuan tahun lalu. Bahkan ajaran Islam telah mengajarkan pada umatnya prinsip-prisip kepemimpinan didasarkan pada standar prilaku yang menuntut pemimpin Islami bisa menjadi standar atau teladan. Prilaku pemimpin yang baik, standar nilai dan etika yang tinggi, dan perilakunya terhadap kelompok, tentu akan menarik dukungan dan kerjasama dari bawahan. Setiap bawahan/staf akan menemukan dari pemimpin contoh istimewa, bukan saja yang membanggakan organisasi dan bawahan, tetapi juga mendorong mereka untuk mengikuti dan meniru tindakan dan perilaku pemimpin. Teladan demikian yang oleh Allah ditegaskan dalam Al Qur’an: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu …”(Q.S Al-Ahzab [33]: 21).