Pilar Ke-emapat: Kesadaran Hakikat Rezeki – Hadiah atau Penghargaan Hakikatnya dari Allah; Hadiah, penghargaan, atau apresiasi seringkali datang dari manusia. Namun, seorang mukmin harus sadar bahwa hakikat rezeki adalah dari Allah. Firman-Nya: “Dan bahwa manusia hanya memperoleh apa yang telah diusahakannya.” (QS. An-Najm: 39).
Secara syariat, hadiah mungkin datang dari mahasiswa kepada dosen, dari bawahan kepada pimpinan, atau dari masyarakat kepada ulama. Tetapi secara hakikat, Allah-lah yang menggerakkan hati manusia untuk memberi. Rasulullah ﷺ bersabda: “Saling memberi hadiahlah kalian, niscaya kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad).
Hadiah yang datang dengan tulus adalah bentuk kasih sayang dan penghormatan. Namun, di sisi lain, hadiah yang menimbulkan prasangka atau mengurangi integritas sebaiknya ditolak dengan santun. Di sinilah pentingnya sikap keras berusaha, ikhlas menerima: hadiah bukan tujuan, melainkan tanda syukur yang hakikatnya kembali kepada Allah.