• DISCLAIMER
  • PEDOMAN MEDIA CYBER
  • TENTANG KAMI
  • REDAKSI
  • Contact Us
Jumat, Oktober 3, 2025
  • Login
Bedanews
Advertisement
  • TNI-POLRI
  • Headline
  • Ragam
  • News
  • Politik
  • Edukasi
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Karya
  • Profil
No Result
View All Result
  • TNI-POLRI
  • Headline
  • Ragam
  • News
  • Politik
  • Edukasi
  • Hukum
  • Ekonomi
  • Karya
  • Profil
No Result
View All Result
Bedanews
No Result
View All Result

Home » Mendidik Anak Di Tengah Zaman Yang Tak Lagi Kita Kenal : Antara Akar Tradisi dan Euforia Digital

Mendidik Anak Di Tengah Zaman Yang Tak Lagi Kita Kenal : Antara Akar Tradisi dan Euforia Digital

Hargib by Hargib
24 Juli 2025
in Edukasi, Jurnal, News, Ragam
0
Prof.Dr.Lilis Sulastri, MM.,

Prof.Dr.Lilis Sulastri, MM.,

0
SHARES
0
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Demikian pula Nur Aini, santriwati di pesantren kecil di Brebes, yang tanpa akses internet pun mampu menulis esai kritis dan memenangkan lomba nasional. Ia belajar dari kitab-kitab kuning dan dialog panjang dengan kyai dan ustazahnya. Ketangguhannya tumbuh bukan dari kemudahan, tapi dari ketelatenan dan rasa hormat kepada ilmu.

Cabang Digital: Gagasan Besar dalam Dunia yang Rapuh

Hari Anak Nasional yang diperingati setiap 23 Juli seharusnya menjadi  pengingat bahwa generasi penerus bangsa tak bisa tumbuh dalam ruang hampa. Mereka bukan kertas kosong yang bebas ditulisi keinginan orang dewasa, melainkan entitas hidup dengan potensi yang unik dan dunia yang berbeda dari para pendidiknya. Di satu sisi, banyak anak Indonesia masih lahir dan tumbuh dalam pola asuh tradisional. Dari desa-desa di pegunungan hingga pesantren di pesisir, anak-anak ini dibesarkan dengan nilai kedisiplinan, tanggung jawab, dan spiritualitas. Mereka tahan banting, karena terbiasa menghadapi realitas keras sejak dini. Namun, di sisi lain, lahir pula generasi digital yang penuh ide dan akses. Anak-anak ini tumbuh dalam banjir informasi, kreatif dalam berkonten, dan mahir mengoperasikan teknologi. Tapi banyak pula dari mereka yang rapuh, mudah cemas, dan kesulitan membangun ketangguhan batin. Inilah paradoks zaman kita, tradisi memberi akar, modernitas memberi sayap. Tapi kita tak bisa memilih salah satunya. Tugas kita sebagai orang tua, guru, dan negara adalah menyambungkan akar dan sayap itu, agar anak-anak bisa tumbuh kuat bukan sekadar cepat.

BeritaTerkait

Dengan Komitmen, Kadisdik Berharap Mewujudkan Pendidikan Hebat Kapuas Bersinar

3 Oktober 2025

Gus Yasin: Muktamar PPP Tak Mungkin Hasilkan Dua Keputusan

2 Oktober 2025
Page 3 of 7
Prev1234...7Next
Tags: Antara Akar Tradisi dan Euforia DigitalDi Tengah Zamanmendidik anakTak Lagi Kita Kenal
Previous Post

POSDIGI Hadirkan Layanan Digital Terintegrasi untuk Percepat Transformasi dan Daya Saing Bisnis

Next Post

Korem 012/TU Kembangkan Zona Ketahanan Pangan Berbasis Organik

Related Posts

Ragam

Dengan Komitmen, Kadisdik Berharap Mewujudkan Pendidikan Hebat Kapuas Bersinar

3 Oktober 2025
Ragam

Gus Yasin: Muktamar PPP Tak Mungkin Hasilkan Dua Keputusan

2 Oktober 2025
News

Puncak Milad IPPAT ke 38 Diisi Doa, Syukuran dan Seminar Hukum

2 Oktober 2025
Ragam

Direktur Utama PT. Timah Tbk, Restu Widyantoro, Dianugerahi Pangkat Brigjen TNI Kehormatan Oleh Presiden

2 Oktober 2025
Ragam

Forum Wartawan Kebangsaan Minta Perpres MBG Lindungi Anak dari Keracunan

2 Oktober 2025
Ragam

Lulus Cumlaude, Wanita Asal Jombang Hadiahkan untuk Sang Suami Prajurit TNI

2 Oktober 2025
Next Post

Korem 012/TU Kembangkan Zona Ketahanan Pangan Berbasis Organik

JDIH DPRD Kota Cimahi

LPKL

BEDA Itu pilihan

SERIKAT MEDIA SIBER INDONESIA

MFC - Bedanews.com © 2021

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result

MFC - Bedanews.com © 2021