Oleh: Denny JA
JAKARTA || Bedanews.com – Lebih dari dua puluh tahun saya terlibat langsung dalam pemilu setelah reformasi, baik pilpres ataupun pilkada. Baru untuk pertama kalinya, saya tak bisa memutuskan siapa pemenang final pilkada melalui Quick Count.
Itu terjadi pada bintang pilkada serentak 2024: Pilkada Jakarta. Mengapa pilkada Jakarta disebut bintang dari pilkada? Itu karena pilkada Jakarta punya aroma pilpres. Dua gubernur Jakarta sebelumnya (Jokowi dan Anies) juga menjadi Capres.
Siapapun yang nanti terpilih sebagai Gubernur Jakarta 2024, ia potensial menjadi capres atau cawapres RI berikutnya.
Quick Count yang saya gunakan, yang sudah berhasil memprediksi ratusan pemilu secara akurat, untuk pilkada Jakarta 2024, tak berdaya. Itu karena the margin of victory lebih kecil dibandingkan the margin of error.











