Jika kebangkitan nasional hanya kita maknai sebagai “bebas dari penjajahan” atau “mengejar kemajuan ekonomi”, maka kita kehilangan konteks zaman. Kita membutuhkan redefinisi makna kebangkitan.
Dari Nasionalisme Seremonial ke Etika Peradaban
Bangkit bukan hanya tentang mengenang masa lalu, tapi tentang menyiapkan masa depan. Jika dulu kita bangkit dari penjajahan fisik, maka hari ini kita harus bangkit dari:
- Penjajahan mental, di mana banyak anak muda kehilangan arah di tengah derasnya informasi.
- Penjajahan struktural, di mana korupsi, ketimpangan, dan birokrasi yang tidak melayani masih membelenggu keseharian rakyat.
- Penjajahan nilai, ketika pragmatisme dan konsumerisme menggerus idealisme dan akhlak publik.
Oleh karena itu, kebangkitan bangsa harus dipahami sebagai kebangkitan peradaban—yakni kebangkitan yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi atau kemajuan teknologi, tetapi juga menata ulang cara hidup kita sebagai manusia dan warga bangsa.