Ia memaparkan bahwa pembelajaran yang bermakna tidak akan tercapai jika dilakukan dengan keterpaksaan. Rasa gembira dalam belajar adalah salah satu kunci agar ilmu mudah masuk dan tertanam dalam jiwa. Islam sendiri sangat menekankan bahwa menuntut ilmu adalah ibadah, dan ibadah seharusnya dilakukan dengan hati yang lapang.
“Kurikulum cinta berbicara tentang fondasi emosional dan spiritual dari pendidikan. Dalam hadis Nabi disebutkan bahwa cinta kepada saudaranya sebagaimana cinta kepada dirinya sendiri adalah salah satu aspek penting dalam iman. Bila diterapkan dalam dunia pendidikan, maka seorang guru tidak bisa hanya menjadi pengajar, tetapi harus menjadi sahabat, pembimbing, dan pengasuh yang mencintai peserta didiknya.” tuturnya.
Lebih jauh ia menjelaskan, mengintegrasikan deep learning dan kurikulum cinta dalam pendidikan Islam bukan sekadar pilihan metodologis, tetapi kebutuhan zaman. Anak-anak kita hidup di era digital, penuh tantangan dan informasi yang membanjir. Mereka tidak hanya butuh ilmu, tetapi juga panduan hati dan keteladanan.