Dengan dihapusnya tenaga honorer tentu akan meningkatkan angka pengangguran. Ketika pengangguran meningkat secara otomatis, kemiskinan pun meningkat di tengah rakyat. Jadi tak heran apabila meningkatnya angka pengangguran dan kemiskinan akan memicu tindak kriminal. Rakyat dibuat bingung, satu sisi mereka harus mengupayakan bagaimana kebutuhan tercukupi. Sementara lapangan kerja yang ada kian sempit.
Sejatinya penghapusan tenaga honorer bukanlah solusi yang tepat. Justru semakin memperlihatkan bagaimana karut marutnya kondisi di negeri ini. Penguasa hanya sebagai regulator, bukan periayah. Tenaga honorer yang telah berkontribusi seakan-akan tidak mendapatkan penghargaan. Inilah buah dari diterapkannya sistem kapitalis, rakyat hanya mampu berangan-angan untuk hidup dalam kesejahteraan. Seharusnya dengan SDA yang melimpah ruah mampu memenuhi kebutuhan seluruh rakyat jika di kelola secara mandiri dan benar oleh negara. Akan tetapi faktanya justru di serahkan kepada swasta, baik lokal maupun asing. Jadi wajar jika rakyat mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan hidup.