Salah satu calon siswa, Panca Jaelana (13 tahun), membacakan Pancasila dengan percaya diri dan menyampaikan cita-citanya menjadi pemain sepak bola profesional.
Gelak tawa dan keakraban muncul ketika Gus Ipul menanggapi dengan canda dan dukungan moral, mencairkan suasana.
Siti Nurfadillah (12 tahun) menyampaikan kegembiraannya bisa bertemu langsung dengan Gus Ipul meski sempat merasa gugup.
Ayah dari Panca, Tatang, seorang pekerja harian dengan penghasilan Rp75.000 per hari, mengungkapkan harapannya dengan lirih namun tulus.
“Saya ingin anak saya sejajar dengan orang lain,” tuturnya.
Harapan Tatang tersebut direspons Gus Ipul.
Dia menegaskan semua pihak harus bergandengan tangan menyukseskan sekolah rakyat.
“Kita harus berjuang bersama-sama untuk anak-anak kita. Ini kesempatan yang baik dari Presiden. Jangan pernah putus asa dari rahmat Tuhan. Anak-anak ini harus tumbuh menjadi anak-anak tangguh yang kelak berkontribusi dalam Indonesia Emas 2045,” ujar Gus Ipul.