Menurut ekonom yang pernah menjadi anggota DPR/MPR RI (1997-1999) dan Staf Khusus Jaksa Agung (2000-2001) itu, bagaimanapun, wisata halal di Indonesia memiliki prospek cerah, terlebih kegiatan wisata kini sudah bukan lagi menjadi kebutuhan tersier, tetapi sudah menjadi kebutunan sekunder.
Sementara itu, Wakil Ketua Bidang Hubungan Dalam dan Luar Negeri FAI, Didin Syahrudin Sukeni mengemukakan, wisata halal yang dalam terminologi pariwisata global disebut “Moslem friendly tourism” (wisata ramah Muslim) membutuhkan sosialisasi, termasuk bagaimana meningkatkan literasinya terkait agenda tersebut.
“Nah, buku yang sedang kami susun dengan judul ‘Tokoh Nasional Bicara Wisata Halal’ itu adalah wujud sumbangsih FAI bagi negeri ini, khususnya untuk memberikan gambaran yang utuh tentang wisata halal di Indonesia,” katanya. (Red).