“Bayangan saya Pak Kosim itu lelaki tua, rambut beruban, pokona mah kumaha we lah kitu gambaran orang tua. Ee ternyata orangnya masih muda, cakep dan ramah,” ungkap Dewi terbahak saat pertama bertemu dengan sosok Pak Kosim, yang akhirnya menjadi partner bisnis dan suami tercintanya.
Membuka usaha di rumah orang tua dan di gang sempit, sementara orderan bertambah, maka Dewi memutuskan untuk membuat usahanya itu menjadi perusahaan percetakan. Sesuai dengan besarnya peranan ibundanya dalam perjalanan bisnisnya, maka diberilah nama “PT RESTU IBU MANDIRI” (RIM).

Dari rumah sang mamah di Gang Haji Nawawi, Dewi pun mulai memperbanyak sarana pendukung kerja dan produksi. Mulai berani menggaji dan menambah karyawan. Bahkan berani menyewa ruko dan rumah untuk kantor dan gudang. Dengan keuntungan yang diraih dan banyak proses kebetulan, rumah yang disewanya itu akhirnya bisa dibelinya dan dijadikan kantor, gudang serta rumah produksinya.