• Home
  • REDAKSI
  • PEDOMAN MEDIA CYBER
Bedanews
Advertisement
ADVERTISEMENT
  • News
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Ragam
  • Entertaint
  • TNI-POLRI
  • Profil
  • Jurnal
  • BEDAtv
No Result
View All Result
  • News
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Ragam
  • Entertaint
  • TNI-POLRI
  • Profil
  • Jurnal
  • BEDAtv
No Result
View All Result
Bedanews
No Result
View All Result

DARI GANG SEMPIT, Dewi Kulsum Bangun Perusahaan Keluarga Sukses Melejit (bag-2)

Siti Sundari by Siti Sundari
24 Juli 2020
in Headline, Profil
0
DARI GANG SEMPIT, Dewi Kulsum Bangun Perusahaan Keluarga Sukses Melejit (bag-2)

Dewi Kulsum, Direktur PT RIM Sukses Bisnis Dari Gang Sempit

Share on FacebookShare on Twitter

Mulai Bisnis dari Rumah di Gang Sempit

Berhenti bekerja dan kembali ke pangkuan ibundanya, sebagaimana biasa mamah adalah tempat ternyaman bagi Dewi. Langkah apapun yang diambil Dewi tak pernah ibundanya mencela apalagi memarahinya.  

Mungkin orang tua lain keputusan seorang anak yang berhenti bekerja tanpa punya andalan pekerjaan lain yang sudah menunggu, bahkan saat ekonomi keluarga pun dalam kondisi morat marit, tentu menilai itu satu keputusan tolol dan fatal. Namun tidak demikian halnya dengan Hj. Emar. Sebagaimana biasa, wanita paruh baya itu selalu menghormati keputusan sang putri.

Hanya satu yang keluar dari mulut ibundanya, yaitu “Jangan pernah berhenti belajar dan jangan sedikit dalam memberi sedekah”. Itulah nasehat ibunda yang terpatri dalam kalbunya hingga kini dan selalu dilakukan Dewi. 

BacaJuga

Plt. Bupati Bandung Barat Hengki Kurniawan saat Membuka Rakercab Gerakan Pramuka KBB

Hengki Kurniawan Buka Rakercab Gerakan Pramuka Bandung Barat

14 April 2021
DPRD Jawa Barat Siap Awasi Proses PPDB 2021

DPRD Jawa Barat Siap Awasi Proses PPDB 2021

14 April 2021

Kalau seorang konsultan ekonomi mungkin nasehatnya adalah harus memperketat pengeluaran. “Lha ini, sudah berhenti bekerja, tidak punya penghasilan, malah disuruh sedekah. Disuruh banyak memberi. Itu pun tidak boleh sedikit!,” ujar Dewi yang  saat mendengar nasehat ibundanya  waktu itu terdengar tidak masuk akal bin “aneh” alias berbeda 180 derajat dengan ahli ekonomi. Tapi begitulah ibundanya. 

Meski terdengar aneh dan berlebihan bagi Dewi, sebagai anak yang dari kecil ditanamkan rasa hormat dan patuh pada orangtua, tanpa pernah berpikir panjang Dewi selalu melaksanakan nasehat itu. Dewi tak berani membantah dan membangkang nasehat ibundanya.  Uang yang selama ini dikumpulkan dari gaji selama ia bekerja, rutin dikeluarkan untuk sedekah. Bahkan sampai habis tak bersisa. Dan Dewi meyakini ucapan mamahnya, “lebih banyak memberi makin banyak Allah memberi rezeki”. 

Hubungan batin Emar Maryati dan Dewi Kulsum memang erat dan tak terpisahkan. Dua kalbu menyatu antara anak dan ibu. Dua sosok ini memainkan peranannya masing-masing sebagai anak dan ibu. Dewi sebagai “Ratu” dan Emar Maryati sebagai “Ibu Suri”. 

Penerimaan dan keikhlasan Emar menerima Dewi berhenti bekerja di saat karier sedang bagus  dan  kehidupan ekonomi masih terdampak krisis moneter, disikapi sebagai keputusan orang penting, bak seorang “ratu” di suatu kerajaan yang segala titah dan keputusannya harus dihormati dan diterima dengan khidmat. Meskipun begitu sebagai seorang ibu tetap berharap dan tiada henti membesarkan hati putrinya untuk bisa meraih gelar sarjana seperti saudara-saudaranya. 

Tidak kuliah. Tidak bekerja. Tidak pacaran. Apalagi menikah. Teman-teman sebayanya tengah kuliah di semester 4 dan sudah pada punya gacoan. Dewi malah memilih tetap menyendiri. Ada juga pria yang sempat mampir di hatinya, tapi pergi ke luar negeri tanpa kabar berita. Entah kapan kan kembali. Sosoknya seperti hilang ditelan bumi. Dewi juga tak mau memikirkannya. 

Terinspirasi dari tempat kerja yang pertama, yang menjadikan rumah sekaligus kantor, akhirnya Dewi pun memutuskan untuk bekerja di rumah. Di rumah ibundanya. Letak  Rumah ibundanya itu bukan di jalan raya dan tidaklah strategis. Tidak bagus dan memenuhi kriteria untuk bisnis. Yang jelas, rumah tempat ia dilahirkan, dan menghabiskan masa kecil dan remajanya itu, terletak di salah satu gang sempit di Jalan Cibaduyut, Kota Bandung yang bernama gang Haji Nawawi. Rumah itu adalah tempat ternyaman bagi Dewi. 

Akrab dan dekat dengan para karyawannya

Bermodalkan 1 unit komputer dari uang muka seorang klien, atas restu “sang Ibu Suri” Dewi mulai bekerja di rumah. Pertama memang tidak banyak orderan alias masih sepi. Tapi seiring perjalanan waktu, tak dinyana dan tak diduga, dalam waktu singkat Dewi mendapat banyak orderan. Orang yang senang dengan hasil design cetakan Dewi, mereferensikan pemesanan cetakan ke Dewi.  

“Meski di gang sempit orderan makin banyak. Hasil kerja saya dicari-cari oleh klien. Orang yang meminta jasa Saya tahu bukan dari promosi iklan bukan pula melalui propaganda, tapi dari mulut ke mulut. Saya sampai kewalahan karena banjir orderan”, jelas alumni SMA 18 Bandung ini. 

Iklan gratis dari mulut ke mulut tentang seorang Dewi dengan design cetakan bagus tapi tak mahal, sampai juga ke telinga para klien dari tempatnya bekerja dulu. Sosok Dewi dengan usaha percetakannya, banyak dicari-cari cari orang. Walhasil makin ramailah aktivitas bisnis dari gang Haji Nawawi ini. Bahkan permintaannya pun bukan jasa settingan dan cetakan saja. Mulai muncul permintaan layanan jasa lainnya, seperti order pembuatan tas dan merchandise. 

Semula Dewi tak begitu menggubris permintaan jasa selain cetakan, tapi begitu ada permintaan dari perusahaan jasa makanan cepat saji dari Amerika, dari seorang klien lamanya, Dewi jadi berubah pikiran. Meskipun tanpa bayangan bagaimana cara pengerjaan, biaya, bahan dan modelnya, Dewi pun mulai berani menyanggupi.

Bisa menikmati hobby travelingnya dengan jalan-jalan ke mancanegara

Begitu kata sanggup ia keluarkan, mulailah Dewi bergerilya mencari-cari info tentang perusahaan, orang atau pengrajin merchandise, mencari info model design, warna dan harga. Tak terlalu lama mencari info, sampailah info ke Dewi, bahwa di daerah Kopo ada seorang pengusaha pengrajin tas dan mercheandise yang bagus dan rapih, bernama Pak Kosim. Tak mau membuang waktu, Dewi pun meluncur ke daerah Kopo sebagaimana info yang diterimanya.  

Begitu bertemu dengan Pak Kosim, sang pengusaha pengrajin merchandise, Dewi jadi terperangah. Tidak sebagaimana yang ia bayangkan sebelumnya, bahwa Pak Kosim itu seorang laki-laki tua, ternyata seorang pria muda, ganteng dan energik serta ramah.  

“Bayangan saya Pak Kosim itu lelaki tua, rambut beruban, pokona mah kumaha we lah kitu gambaran orang tua. Ee ternyata orangnya masih muda, cakep dan ramah,” ungkap Dewi terbahak saat pertama bertemu dengan sosok Pak Kosim, yang akhirnya menjadi partner bisnis dan suami tercintanya. 

Membuka usaha di rumah orang tua dan di gang sempit, sementara orderan bertambah, maka Dewi memutuskan untuk membuat usahanya itu menjadi perusahaan percetakan. Sesuai dengan besarnya peranan ibundanya dalam perjalanan bisnisnya, maka diberilah nama “PT RESTU IBU MANDIRI” (RIM). 

Bisa menikmati hobby travelingnya dengan jalan-jalan ke mancanegara

Dari rumah sang mamah di Gang Haji Nawawi, Dewi pun mulai memperbanyak sarana pendukung kerja dan produksi. Mulai berani menggaji dan menambah karyawan. Bahkan berani menyewa ruko dan rumah untuk  kantor dan gudang. Dengan keuntungan yang diraih dan banyak proses kebetulan, rumah yang disewanya itu akhirnya bisa dibelinya dan dijadikan kantor, gudang serta rumah produksinya.

Begitulah Dewi memulai bisnisnya dari rumah orang tua di gang sempit. Padahal, dulu sambil sekolah Dewi juga jual penganan. Dewi kecil pergi dan pulang sekolah selalu naik becak. Sekolah sambil bisnis jualan jajanan sekolah. Secara kasatmata, ibundanya terkesan mengeksploitasi anak dengan menyuruhnya bekerja. Tetapi bila ditelusuri, maknanya dalam dan jauh ke depan. Yaitu filosofi mencetak anak mandiri sejak usia dini.  

Demikian juga halnya dengan naik becak bukan sekedar naik becak. Saat teman-temannya berjalan kaki pergi ke sekolah terkesan tidak toleransi, bukan pula ibundanya mengajarkan kesombongan. Tapi dibalik itu semua, Hj. Emar Maryati, ibundanya, menanamkan sikap selalu jadi kaya walau kehidupannya bukan dari kalangan berada. 

Dua sisi berbeda, “mandiri” dan “jadi kaya” antara keprihatinan dan kemanjaan kasih sayang seorang ibu menjadi satu. Hal itu membentuk karakter anak yang begitu mengakar dan terpatri dalam otak dan sikapnya. Bahwa untuk hidup enak dan punya uang harus bekerja keras. Untuk bisa memberi harus punya punya uang. Terbukti dengan itu Dewi punya uang saku lebih dibandingkan dengan teman-teman sebayanya. Begitu lulus bisa bekerja dan menghasilkan uang. Sejak remaja Dewi memang seakan ditakdirkan menjadi “mesin uang” yang bisa digunakan untuk dirinya, orangtua, saudara dan sesama. (Siti Sundari-bersambung) 

Previous Post

Filep Wamafma: Beri Kewenangan Luas Bagi Papua Untuk Mengatur Daerahnya

Next Post

Bintang Sinetron “Dari Jendela SMP” dan “Istri Kedua” Sapa Pemirsa SCTV Bandung Secara Virtual

Related Posts

Plt. Bupati Bandung Barat Hengki Kurniawan saat Membuka Rakercab Gerakan Pramuka KBB
Headline

Hengki Kurniawan Buka Rakercab Gerakan Pramuka Bandung Barat

14 April 2021
DPRD Jawa Barat Siap Awasi Proses PPDB 2021
Edukasi

DPRD Jawa Barat Siap Awasi Proses PPDB 2021

14 April 2021
Antisipasi Pergerakan Tanah Pemprov Jabar Diminta Perbaiki Irigasi Cimanuk Cisanggarung
Headline

Antisipasi Pergerakan Tanah Pemprov Jabar Diminta Perbaiki Irigasi Cimanuk Cisanggarung

14 April 2021
Musrenbang Jabar 2022 Prioritaskan Pemulihan Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat
Headline

Musrenbang Jabar 2022 Prioritaskan Pemulihan Ekonomi dan Kesehatan Masyarakat

13 April 2021
Pak Bekti Mengabdi untuk Pendidikan PWI
Profil

Pak Bekti Mengabdi untuk Pendidikan PWI

12 April 2021
Raperda Perlindungan PMI Jabar Siap Diparipurnakan
Headline

BK DPRD Jabar Ingin Ketidakhadiran Dalam Sidang Paripurna Diumumkan

11 April 2021
Next Post
Bintang Sinetron “Dari Jendela SMP” dan “Istri Kedua” Sapa Pemirsa SCTV Bandung Secara Virtual

Bintang Sinetron “Dari Jendela SMP” dan “Istri Kedua” Sapa Pemirsa SCTV Bandung Secara Virtual

HPN 2021 SEKRETARIAT DPRD KAB. BANDUNG

IKLAN HPN 2021 – DINAS PUPR KAB. BOGOR

SERIKAT MEDIA SIBER INDONESIA

KONFERWIL – 1 PWI KOTA BANDUNG

IKLAN HPN 2021 PWI JAWA BARAT

HPN PWI KOTA BANDUNG

Berita Terbaru

Pidato 2 Menit Gubernur Anies Langsung Disetujui PBB

Pidato 2 Menit Gubernur Anies Langsung Disetujui PBB

18 April 2021
37 Kendaraan Plat Merah Pemkot Cimahi Siap Dilelang

37 Kendaraan Plat Merah Pemkot Cimahi Siap Dilelang

17 April 2021
Pergulatan di Ring Nol: Dari JP. Coen, DN Aidit hingga Firdaus

Pergulatan di Ring Nol: Dari JP. Coen, DN Aidit hingga Firdaus

16 April 2021
Bank bjb Salurkan Kredit Untuk Grup Krakatau Steel

Bank bjb Salurkan Kredit Untuk Grup Krakatau Steel

16 April 2021
Dansektor 19, Kolonel Chb Widodo Tinjau Lokasi Kali Kalapa

Dansektor 19, Kolonel Chb Widodo Tinjau Lokasi Kali Kalapa

16 April 2021
ADVERTISEMENT
  • HOME
  • TENTANG KAMI
  • REDAKSI
  • PEDOMAN MEDIA CYBER
  • DISCLAIMER

© 2020 Bedanews.com - Design By MFC.

No Result
View All Result
  • Home
  • Redaksi
  • News
  • Hukum
  • Politik
  • Ekonomi
  • Edukasi
  • Ragam
  • Entertain
  • TNI-POLRI
  • Profil
  • Jurnal
  • BEDAtv

© 2020 Bedanews.com - Design By MFC.