Garut, BEDAnews
Anggaran Program Usaha Agribisnis Pertanian (PUAP) 2011 yang seharusnya telah cair sejak 2011 lalu, nyatanya sampai Mei 2012 ini belum cair juga, tepatnya untuk pencairan tahap II sekitar 40% yang saat ini masih mengendap di rekening bank. Untuk tahap pertama sendiri, memang sudah diterima dan dimanfaatkan.
Hal ini dialami Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Hasil Desa, salah satu Gapoktan penerima bantuan program PUAP 2011, di desa Babakan Loa kecamatan Pangatikan kabupaten Garut. Gapoktan yang diketuai Dede Supriatna dengan jumlah kelompok tani empat kelompok yaitu Sinar Harapan, Sirnarasa, Subur Tani dan Mulya Tani.
Pengajuan pencairan dari Gapoktan sendiri telah diajukan jauh jauh hari tepatnya September 2011. Awal Mei 2012 lalu, beberapa ketua kelompok tani mendatangi Badan Penyuluh Pertanian Peternakan Perikanan dan Kelautan (BP4K) sebagai badan yang bertanggung jawab di kabupaten dalam program ini.
Saat pertemuan tersebut, BP4K melalui Dicky Timor, salah seorang anggota tim teknis PUAP menyatakan bahwa rekomendasi untuk pencairan tersebut telah ada di BP4K dan tinggal menandatangani saja. Tinggal pengajuan saja dari ketua Gapoktan, BP4K sendiri menjanjikan hari Selasa (15/05) akan menerbitan rekomendasi pencairan tersebut.
Namun ditunggu hampir 2 minggu dari pertemuan tersebut, sisa anggaran tersebut ternyata belum turun juga. Kontan saja hal ini membuat beberapa anggota kelompok tani di Gapoktan Hasil Desa menjadi dongkol dan kecewa dengan janji BP4K yang dalam hal ini diwakili Dicky Timor, dikarenakan pada pertemuan tersebut, Kepala Bidang Pemberdayaan Pelaku Utama dan Pelaku Usaha BP4K, Ir. Anwar MP sedang tidak ada di tempat.
Untuk mencari kejelasan tersebut, Kamis (24/05) wartawan mendatangi BP4K, namun lagi-lagi hanya Dicky Timor lah yang hadir saat itu, sementara kepala bidang, Anwar dan kepala BP4K, Syamsudin tidak ada di tempat.
Dalam konfirmasi kali ini Dicky menjelaskan kenapa surat rekomendasi tersebut belum cair, dalam penjelasannya Dicky menyebutkan bahwa yang terjadi di lapangan, tingkat pengembalian simpan pinjam di Gapoktan Hasil Desa ternyata sangat minim, baru 25 % saja, serta dirinya meminta kekondusifan di lapangan agar anggaran ini cair.
Dicky yang saat itu didampingi Arif, ketua PMT (Penyelia Mitra Tani) juga menyatakan bahwa dirinya tahu sisa dana yang 40% tersebut akan dibayarkan kepada aspirator yang mengusung program ini kepada Gapoktan Hasil Desa.
“Kita semuanya tahu lah bahwa program PUAP ini masing-masing ada yang mengusungnya, baik itu anggota DPR maupun dari kalangan Parpol, dan itu pastinya ada komitmen berapa persen yang harus disetor ke mereka, saya tahu bahwa sisa dana 40% untuk Gapoktan Hasil Desa ini akan digunakan untuk membayar komitmen Fee ini kepada pengusungnya,” ungkapnya tendensius.
Sepertinya Dicky terlalu menganggap enteng masalah, “Jangankan Gapoktan ini yang baru telat beberapa bulan saja, di kecamatan Cilawu ada Gapoktan yang sejak tahun 2008 mendapat program PUAP sampai saat ini belum cair,” ungkap Dicky yang secara tidak langsung membuka borok BP4K.
Terlepas dari semua itu, semestinya Dicky tidak perlu mengungkapkan persoalan tersebut apalagi dihadapan wartawan, apalagi itu sifatnya sangat subyektif dan tendesius, pada kenyataannya warga terutama anggota kelompok tidak akan mengetahui persoalan tersebut sepenuhnya, yang penting bagi anggota kelompok dana tersebut cair dan digunakan untuk kebutuhan mereka dilapangan. (Yuyus)