KAB. BANDUNG || bedanews.com — Dana bergulir yang merupakan program prioritas Pemerintah Kabupaten Bandung, diusulkan DPRD bisa melayani 60 nasabah per RW, menurut Ketua Komisi C, H. Yanto Setianto, sudah di sosialisasikan di tiap desa.
Masalahnya di tingkat bawah, legislator dari Fraksi Golkar itu yang akrab disapa Kang Yanto menambahkan, dana bergulir itu di politisir untuk kepentingan partai tertentu sebagai aji mumpung. Sehingga menghambat pada warga masyarakat lainnya yang dikhawatirkan bisa menimbulkan kecemburuan sosial
Besaran dana bergulir itu yang hanya sebesar Rp2 juta-Rp3 juta itu, diharapkan Kang Yanto, bisa menjadi modal usaha. Tentu usahanya disesuaikan dengan modalnya. Misalnya buat dagang baso, lotek, atau gorengan, karena dana yang diterima itu sangat berarti.
Mengenai Bank emok mungkin saja bisa memberi pinjaman agar besar, disebutkannya, tidak mungkin bunganya kecil kalau pinjamannya besar. “Bank emok kan murni cari profit dari bunga, belum lagi dana yang diberikan tidak utuh. Misalnya pinjam Rp7 juta diberikan Rp5 juta sampai Rp6 juta, karena ada beban administrasi dan ditagih tiap hari atau perminggu untuk mengantisipasi nasabah kabur,” katanya melalui telepon, Senen 11 April 2022.
Pada dasarnya dana bergulir itu, ia menuturkan, bukan untuk menyaingi bank emok. Sebab segmen pasar bank emok sepertinya sudah jelas, yakni orang-orang yang perlu uang segera, baik itu untuk modal usaha atau menyalurkan hobi seperti mau mancing.
Kang Yanto mengharapkan, permasalahan itu jangan dijadikan dilema bagi semua pihak. Dengan dana bergulir yang diterima, banyak usaha produktip yang bisal dilakukan. Warga bisa memulai dengan dagang sendal yang kisaran harga atau modalnya kecil dan daya jualnya cukup tinggi, dan lebih bagus lagi kalau dilakukan melalui sistem kontinyasi.
Berjualan dagangan bikinan sendiri, gorengan, atau barang lainnya yang mencukupi dengan dana yang diterima, Kang Yanto meyakini dana itu bisa termanfaatkan secara maksimal bila disertai kebulatan tekad untuk berubah dalam upaya meningkatkan perekonomian kehidupannya.
Sedangkan dana bergulir puluhan milyar yang disalurkan via BJB dan BPR Kertaraharja dikelola dengan sistim kerja priyayi dan alon-alon asal kelakon, “Seharusnya bank penyalur bisa membuktikan profesionalismenya sebagai orang bank yang gesit dan cekatan serta berpendidikan khusus, dibanding penyalur bank emok dalam menyalurkannya juga kadang dengan pakaian apa adanya tapi lebih paham selera nasabahnya,” pungkasnya.***